Aksi ratusan peserta maupun panitia Ormaba dengan menyerbu gedung rektorat membuat semua security gedung itu bersiaga ketat dalam mengamankan jalannya aksi. (19/08 pukul 16.00).
Aksi ramai yang masih terkendali ini berawal dari keputusan Bapak Budi mustiko, S.H., M.H., selaku PR III yang mengeluarkan surat edaran (SE) tentang penghentian paksa kegiatan Ormaba tahun 2015. Dosen hukum tersebut kemudian memaparkan berbagai alasan dalam penghentian paksa kegiatan Ormaba tersebut diantaranya adalah masalah banyaknya peserta yang jatuh sakit dan mau dirujuk ke rumah sakit. (gedung rektorat 16.20).
Dengan alasan tersebut tidak membubarkan rombongan aksi pencabutan SE penghentian Ormaba secara paksa, bahkan salah satu mahasiswa baru berani berorasi menuntuk Bapak Budi Mustiko, S.H., M.H., untuk tetap melanjutkan kegiatan Ormaba tersebut. “Kami disini butuh pengenalan kegiatan-kegiatan kampus, kami ‘nggak mau menjadi mahasiswa kupu-kupu Pak!”, suara lantang Putri salah satu maba yang ikut dalm aksi tersebut.“Terus mau diganti apa, dan kapan Pak..?”tantangnya pada dosen hukum yang kekar tersebut dalam orasi kala itu.
Dengan adanya tuntutan itu kemudian Bapak Budi Mustiko, S.H., M.H., memutar otak untuk mencari jalan keluar agar Maba tetap mendapatkan haknya tanpa adanya korban sakit susulan.
“Kalian semua masih dua hari menjadi mahasiswa, masih ada empat tahun kedepan. Jadi masih ada banyak waktu untuk perkenalan tersebut. Setelah ini saya meminta semua eksekutif atau pimpinan di universitas, fakultas, ketua UKM dan perwakilan Maba untuk duduk bersama dan merumuskan jalan terbaik dalam ersoalan ini”, jawab Bapak Budi dengan lantang saat aksi mulai memuncak.
Mendapat jawaban itu kelompok aksi yang menuntut pencabutan SE penghentian paksa itu sedikit mereda. Menunggu hasil keputusan para peserta maupun panitia ormaba mulai membubarkan diri dan suasana mulai kondusif.
Leave a Reply