Kajian Feminisme Dalam Buku Perempuan Dititik Nol Karya Nawal El Saadawi

Feminisme merupakan suatu paham yang berkembang sejak tahun 1970-an yang menentang budaya maupun kebijakan politik yang tidak menguntungkan kaum perempuan, bisa dikatakan gerakan ini adalah paham yang menentang sistem patriarkhi yang menanggap bahwa perempuan ada di kasta kedua. Pada masa itu, segelintir kaum perempuan yang diklaim sebagai feminis, berjuang untuk memperoleh hak-nya sebagai warga negara. Salah satu hal yang ditekankan dari gerakan feminis ini adalah perempuan ingin mendapatkan akses untuk pekerjaan yang layak, perempuan ingin mendapatkan akses pendidikan, dan perempuan ingin mendapatkan hak-nya untuk berpolitik. Singkatnya, perempuan menuntut hak yang sama dengan yang kaum laki-laki dapatkan. Perjuangan inipun terus berjalan, seiring dengan berkembangnya gerakan perempuan di berbagai negara, termasuk di negara-negara Asia.

Di Indonesia sendiri, perkembangan paham feminisme cukup pesat, namun hanya segelintir orang saja yang tergabung dalam gerakan ini. Munculnya sosok RA Kartini turut andil dalam perkembangan paham feminisme di Indonesia, meskipun feminisme yang berkembang sangat jauh berbeda dengan feminisme yang ada di Barat yang keluar jalur atau kebablasan. Timbul pertanyaan, “mengapa hanya segelintir orang saja yang feminis ?”, jawabannya sederhana saja, karena tak semua orang paham akan prinsip Feminisme, pertama karena perempuan masa kini bukan lagi makhluk subordinat yang disudutkan dalam masyarakat seperti yang dialami oleh Kartini muda pada masa lalu, walaupun masih ada sebagian kecil masyarakat yang masih melakukan budaya ini. Kedua, karena kelompok feminis yang berkembang saat ini lahir dari kontemplasi perempuan yang bersumber dari buku-buku yang yang mengangkat tentang kasus perempuan yang tertindas oleh sistem patriarki yang berkembang di masyarakat.

Kontemplasi pemikiran ini seringkali menciptakan paham yang mengundang banyak kritik dari masyarakat, dimana masyarakat menilai bahwa paham tersebut justru melemahkan kedudukan perempuan, yang menganggap bahwa perempuan menuntut special right bukan equal right dan menafikan kodrat perempuan. Feminisme yang dipahami saat ini adalah kesetaraan hak di semua lini kehidupan tanpa mengindahkan kondrat seorang perempuan yang memang sudah digariskan, seperti halnya feminisme radikal, feminisme marxis, feminisme lesbian dll.

Gerakan perempuan dalam paham ini secara tidak langsung menimbulkan impact yang justru merugikan perempuan sendiri. Perempuan yang getol memperjuangkan kesetaraan gender dimanfaatkan sebagian kelompok (sebut saja kelompok kapitalis) sebagai sasaran empuk bagi kepentingan pribadinya. Perempuan dipekerjakan dengan upah yang murah dalam setiap sektor-sektor produksi, dan anehnya perempuan dengan senang hati menerimanya demi ambisi untuk mendapatkan kesetaraan.

Resensi Novel Perempuan Dititik Nol

Firdaus lahir dari keluarga miskin. Ayahnya seorang petani yang tidak mampu membaca dan menulis. Hanya memiliki kemampuan dalam kehidupan seperti bercocok tanam, bagaimana menjual kerbau yang diracun sebelum mati, bagaimana menukar anak gadisnya dengan imbalan mas kawin bila masih ada waktu, atau bagaimana memukul istrinya dan memperbudaknya tiap malam. Setelah ayahnya meninggal Firdaus dimasukan sekolah oleh pamannya dan setelah ibunya meninggal, dia dibawa ke Kairo dan tinggal bersama pamannya. Diceritakan suatu ketika pamannya mendatangi tampat dimana Firdaus tidur. Kemudian terjadilah “pelecehan” dialami Firdaus yang dilakukan pamannya sendiri. Pamanya kemudian menikah dnegan puteri gurunya di El-Azhar. Setelah merasa rumahnya terlalu sempit kemudian Firdaus dikirim ke asrama sekolah. Di sana dia menemukan tempat yang disia-siakan. Tempat yang berada dihalaman belakang, tempat itu adalah sebuah perpustakaan. Dia mulai mencintai buku. Salah satu buku yang di bacanya adalah tentang para penguasa.

Dari yang di bacanya dia mengetahui, “Saya dapat pula mengetahui bahwa semua yang memerintah adalah laki-laki. Persamaan diantara mereka adalah kerakusan dan kepribadian yang penuh distorsi, nafsu tanpa batas mengumpul duit, mendapatkan seks dan kekuasaan tanpa batas. “ (hal. 39) Setelah lulus paman dan bibinya merasa Firdaus merupakan beban bagi keluarga mereka. Karena dia belum juga mendapat pekerjaan. Akhirnya bibinya memberi gagasan agar Firdaus dinikahkan. Firdaus akhirnya menikah dengan Syekh Mahmoud, pria berumur enam puluh tahun sedangkan Firdaus belum lagi berumur sembilan belas tahun. Di dagu Syekh Mahmoud, dibawah bibirnya terdapat bisul yang membengkak lebar, dengan sebuah lubang ditengah-tengahnya. Beberapa hari lubang itu kering dan dihari-hari lainya bisa berubah menjadi sebuah keran yang sudah karatan dan mengeluarkan tetesan berwarna merah seperti darah, atau putih kekuning-kuningan seperti nanah. Bau yang keluar dari bisul tersebut seperti bau bangkai anjing. Sauminya juga punya kebiasaan memukul Firdaus.

Suatu ketika dia memukul Firdaus dengan tongkat berat hingga keluar darah dari hidung dan telinganya. Lalu dia pergi dari rumah suaminya tapi tidak kembali ke rumah pamannya. Dia pergi dengan berjalan di jalan raya dengan mata yang bengkak dan muka memar. Saat di perjalanan Firdaus merasa lapar dan haus, akhirnya dia berhenti dia warung kopi. Disana Firdaus bertemu pekerja warung kopi bernama Bayoumi. Bayoumi membawa Firdaus kerumahnya untuk tinggal ditempatnya sampai mendaptkan pekrjaan. Namun nasib sial menimpanya. Bayoumi bukanlah orang baik. Firdaus disekap di sebuah ruangan. Kemudian disana dia mendapat siksaan dan pemerkosaan. Firdaus berhasil kabur dari tempat Bayoumi, pergi sejauh mungkin. Sampai tanpa disadari dia tiba di pinggiran sungai Nil. Duduklah dia termenung menikmati semilir angin.

Tiba-tiba dia bertemu dengan seorang perepuan bernama Shafira El Dine. Kepada Shafira, Firdaus bercerita bahwa dia tidak punya siapa-siapa. Orang tuanya telah mati, begitu juga saudara laki-laki dan perempuannya. Shafira mengatakan “Semua orang harus mati Firdaus. Saya akan mati dan kamu akan mati. Dan yang penting ialah bagaimana untuk hidup sampai mati. Kita harus lebih keras dari hidup, Firdaus. Hidup itu amat keras. Yang hanya hidup ialah orang-orang yang lebih keras dari hidupnya sendiri.” Belakangan di ketahui bahwa Shafira adalah seorang pelacur. Dan mulailah Firdaus bekerja sebagai pelacur. Shafira sebagai mucikari Firdaus, pembayaran untuk Firdaus di serahkan melalui Shafira. Suatu ketika Fawzi—pelanggan Firdaus—mengatakan “Shafira menipumu, Firdaus.“ Sekali lagi Firdaus melarikan diri.

Setelah kabur dari Shafira, Firdaus bekerja secara “mandiri” sebagai pelacur. Pada suatu kesempatan Firdaus pernah dihina sebagai wanita tidak terhormat oleh kawannya bernama Di’aa. Mendengar perkataan Di’aa, Firdaus merasa teguncang. Dia pun bertekad untuk menjadi wanita yang terhormat. Walaupun harus dibayar dengan nyawa. Akhirnya dia mendapat pekerjaan disebuah industri besar. Di tempat inilah dia bertemu dengan seorang pria bernama Ibrahim. Dia adalah seorang yang revolusioner. Pada suatu rapat besar bagi para karyawan Ibrahim berbicara tentang keadilan dan tentang pengapusan hak-hak istimewa yang diperoleh management dibandingkan dengan yang diperoleh karyawan. Kemudian Firdaus jatuh cinta pada Ibrahim. Hubungan merekapun semakin dekat, Firdaus membantu perjuangan dari Ibrahim dalam membela hak-hak karyawan. Namun berita buruk datang, berita tersebut mengatakan bahwa Ibrahim telah bertunangan dengan anak gadis sang presiden direktur. Firdaus merasakan rasa sakit yang luar biasa. Tak pernah ada yang benar-benar menyakitkan hati dan membuat menderita seperti sekarang dia alami. Kemudian dari pikirannya melintas, “Lelaki revolusioner yang berpegang pada prinsip-prinsip sebenarnya tidak banyak berbeda dengan lelaki lain. Mereka mempergunakan kepintaran mereka, dengan menukarkan prinsip mereka untuk mendapatkan apa yang dapat dibeli orang lain dengan uang. Revolusi bagi mereka tak ubahnya sebagai seks bagi kami. Sesuatu yang disalahgunakan. Sesuatu yang dapat dijual.”(hal. 128) Akhirnya Firdaus kembali ke lembah hitam, ke profesi yang telah diciptakan oleh lelaki.Bahwa lelaki memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu dan bahwa tubuh yang paling murah dibayar adalah tubuh sang isteri. Semua perempuan adalah pelacur dalam satu atau lain bentuk. Karena saya merasa cerdas maka saya memilih untuk menjadi pelacur yang bebas dari pada seorang isteri yang diperbudak.

Pada suatu ketika Firdaus bertemu dengan seorang germo. Dia mengancam Firdaus agar berbagi hasil dengan dia. Germo itu bernama Marzouk. Firdaus menyadari bahwa dia sudah tidak merasa sebebas yang dulu lagi. Dia tak lain hanyalah suatu mesin tubuh yang bekerja siang dan malam. Fidaus memberontak dan ingin kabur dari Marzouk itu, namun dihalangi. Pertengkaranpun terjadi, Marzouk mengeluarkan sebilah pisau, tapi Firdaus mampu merebutnya. Di hujamkanlah pisau itu ke leher Marzouk dalam-dalam, kemudian dicabut, ditusuk kembali di bagian perutnya. Ditusukan lagi kesemua bagian tubuh Marzouk.

Firdaus telah membunuh Marzouk. Firdaus diamcam hukuman gantung. Karena telah melakuan pembunuh. Ada harapan dibebaskan jika Firdaus meminta surat permohonan kepada Presiden dan meminta maaf atas kejahatan yang telah ia lakukan. Tapi Firdaus menolak meminta grasi. “Saya lebih suka mati karena kejahatan yang saya lakukan daripada mati untuk salah satu kejahatan yang kau lakukan. Ketika saya membunuh. Saya lakukan hal dengan kebenaran bukan dengan pisau. Kebenaran saya itulah yang menakutkan mereka. Kebenaran yang menakutkan ini telah memberikan kepada saya kekuatan yang besar.”

Sebuah novel yang sarat kritikan pedas dan opini yang berani. Tapi juga merupakan perjalanan kisah perempuan yang memilukan. Perempuan yang mengalami tekanan batin yang luar biasa akibat dari kesemaena-menaan lelaki. Perempuan yang menjalani keras dan derasnya laju kehidupan. PEREMPUAN DI TITIK NOL..!! #h1

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop