JURNALISME MEMBANGUN PERADABAN (Membaca, Diskusi, dan Menulis)

Oleh: Farmer Rural

Dari dulu sampai saat ini banyak penulis-penulis yang menghiasi perjalanan Indonesia dengan karya=karya sastranya. Tulisan demi tulisan selalu ada untuk menghiasi peradaban negeri ini, Hingga menghasilkan doktrin dan dinamika baik dibidang sosial, polituk, ekonomi, budaya, bahkan terbentuk strata intelektual di masyarakat. Mengapa kita harus menulis?, mengapa harus membuat karya tulis tentang tokoh, seperti tokoh sastrawan, negarawan, dan pahlawan ?, apakah hanya ingin melanjutkan tradisi intelektual?, apakah menulis hanya untuk kepentingan eksistensial?, dan bagaimana cara serta untuk memulai tulisan yang akan kita tulis?. Pertanyaan-pertanyaan di atas bisa dijawab dengan tulisan ‘Dengan Menulis Kita Bisa Membangun dan Mengubah Peradaban’, membuat sejarah bukan hanya meneruskan sejarah masa lalu.

Menurut salah satu tokoh jurnalistik dunia Bill Kovach dan Tom Rosentiel, dalam buku “Sembilan Elemen Jurnalisme” mengatakan, bahwa Jurnalisme (menulis) hadir untuk membangun masyarakat, memenuhi hak-hak rakyat, dan untuk membangun demokrasi. Selain itu, menulis merupakan pekerjaan yang mempengaruhi peradaban saat ini dan masa yang akan datang, serta dapat meningkatkan mutu intelektual dan kualitas hidup manusia.

Ketika menelisik pada sejarah Islam, saat wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad SWA, Al-Qur’an surah Al-Alaq (96) “Bacah dengan menyebut nama tuhanmu, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”. Kata yang diperintahkan pertama kali adalah “bacalah”, perintah membaca dapat menghasilkan sebuah tulisan yang didapat dari sebuah bacaan.

Selain itu, catatan dari para sahabat nabi, seperti Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa “Ikatlah ilmu dengan menulisnya”, Umar bin Khattab juga mengatakan “Ajarilah anak-anakmu dengan karya sastra, sebab dengan sastra menjadikan anak yang penakut menjadi pemberani”.

Di Era globalisasi dan kemajuan teknologi, informasi dikemas semakin modern, seperti realitas yang terjadi saat ini informasi sudah masuk ke ruang-ruang pribadi manusia. Informasi saat ini tidak hanya berkecimpung dalam media cetak, tapi sudah berbentuk tulisan online, audio dan vidio yang bisa diakses digenggaman kita semua, baik itu kalangan anak-anak, remaja dan kalangan orang tua.

Saat ini, media sosial dijadikan sumber utama informasi yang didapat dari grup WA,Line dan BBM yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja, terserah yang ingin mengaksesnya. Semua media baik yang konvensional dan yang modern memerlukan isi (content) yang harus dimuat untuk disampaikan kepada pembaca, dimana isi tersebut berawal dari tulisan. Sehingga kita sebagai kaum akademisi yang tau akan etika dan moral harus menjadi bagian dari orang-orang yang mengisi content media yang menjadi unsur penting bagi kehidupan manusia. Menurut para ahli media saat ini, menjadi penguasa arah pemikiran pribadi manusia yang membacanya, ‘Barang siapa yang mengasai media, ia akan menguasai dunia’. Jika ruang-ruang pribadi manudia diisi dengan tulisan-tulisan yang tidak baik, maka ia telah zalim pada generasinya membiarkan mereka bergelimang bacaan yang tidak baik. Sehingga sangat sangat penting untuk mendorong orang-orang baik untuk menulis, agar content media banyak dipenuhi kayra-karya yang baik.

Menulis adalah budaya, dan bisa dibudayakan jika sudah melaksanakan tiga hal, diantaranya: membaca, berdiskusi, dan memulai untuk menulis.

Menulis merupakan pekerjaan kencikiawan yang disetiap masa membangun peradaban, sehingga menulis tidak hanya dilakukan hanya sekali. Seperti halnya budaya yang merupakan akumulasi dari proses panjang yang dilakukan oleh para kaum intelektual. Sejalan dengan pernyataan Bapak Republik Tan Malaka bahwa ‘Terbenur, terbentur, terbentur dan terbentuk’. Budaya-budaya yang dilakukan oleh para cendikiawan yang dapat membanun peradaban ialah serangkaian yang berkaitan iu adalah membaca, berdiskusi dan menulis.

Pertama, membaca. Membaca merupakan langkah awal dalam melahirkan karya-karya besar kepenulisan. Tidak akan lahir sebuah karya jika tidak didahului dengan kegiatan membaca, membaca menjadi sebuah pengalaman dan pengetahuan yang akan menjadi bahan bagi kita yang ingin berproses untuk menulis. Kedua, diskusi. Menulis tidak bisa dilepaskan dari kegiatan diskusi, karena diskusi merupakan tempat untuk memberikan wawasan persoalan sosial dan masyarakat yang akan menjadi pecutan dan ide bagi penulis. Ketiga, menulis.

Setelah budaya membaca dan diskusi dilaksanakan secara simultan dalam diri seseorang, akan berdampak pada emosionalnya untuk menuangkan gagasan tersebut kepada orang lain, agar orang lain bisa mengetahuinya. Jika membca dan berdiskusi diibaratkan mengisi air ke dalam gelas, maka menuls merupakan proses menuangkan air ke gelas yang lain. Membaca dan berdiskusi merupakan proses menyerap pengalaman dan pengetahuan orang lain, menulis merupakan proses membagi pengalaman dan pengetahuan pepada orang lain.

Penulis yang dapat menciptakan peradaban sejarah adalah penulis yang baik pikiran dan perbuatannya, karena penulis yang baik akan tercermin dari setiap karya yang dibuatnya. Seperti halnya dalam lingkup pers/jurnalistik, ada Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, dimana di dalamnya memuat semua peraturan yang berkenaan dengan pers, baik dalam mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita.

Dalam menulis tulisan umum, juga ada kaidah-kaidah yang harus depegang, diantaranya: 1. Kejujuran, seorang penulis harus jujur pada dirinya dan terhadap karya yang ditulisnya; 2. Terpercaya, penulis yang baik haruslah amanah, baik bagi masyarakat dan objek tulisannya; 3. Menyampaikan, sebagai penulis wajib dan bertanggung jawab dalam menyampaikan kebenaran yang seharusnya diterima oleh masyarakat; 4. Benar, penulis yang baik membuat tulisan yang benar dan bermanfaat bagi masyarakat banyak, tidak menulis dengan rekayasa, berkepentingan terhadap orang lain dan pribadi, melainkan demi kepentingan kebenaran semata; 5. Membagun peradaban, menulis adalah usaha untuk mendokomentasi peradaban manusia untuk generasi masa depan dan sebuah kontribusi untuk membuat kehidupan masyarakat yang baik pada saat ini.

Sehingga, mulailah untuk Membaca, Berdiskusi, dan menuliskannya, kemudian sebarkanlah tulisan itu sebagai bentuk dakwah kita untuk menuju peradaban manusia yang lebih baik.
Sumber: Azwar. 2018. 4 Pilar Jurnalistik ;Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik. Jakarta: Prenadamedia Group

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop