3 Pencuri dan Penjual Cendol Dawet

Seperti biasa, suasana di kedai cendol dawet milik Mbok Tik selalu ramai akan pembeli. Wanita paruh baya itu memang terkenal dengan cendol dawetnya yang khas. ”Memang diantara separuh kebahagiaan di dunia ini salah satunya bisa menikmati cendol dawet buatan Mbok Tik”. Kata seorang pembeli yang biasa menikmati cendol dawet ketika sehabis memakai skincare dari terumbu karang buatan anak bangsa.

Mbok Tik, wanita yang ditinggal suaminya gara-gara sarung BHS kesayangan sang suami dicuci bercampur BH miliknya itu sering diteror oleh oknum pecandu cendol dawetnya sendiri. Bagaimana tidak, tanpa promosi ataupun iklan televisi cendol dawet turun temurun dari keluarganya itu digadang-gadang publik sebagai bisnis paling menjanjikan yang akan menyaingi tambang emas di daerah banyuwangi tersebut. Tak perlu Sophia Latjuba untuk memuaskan dahaga, jangan pula Indah Permata Sari untuk mendinginkan hati, cukuplah cendol dawet Mbok Tik prioritas kami. Begitu mboktikers berujar, sebutan followers untuk cendol dawet Mbok Tik ketika mengultuskan dirinya.

Namanya saja jalan tol, jangan disangka disetiap jalan lurus tak ada kubangannya. Justru yang lurus-lurus itu banyak cobaannya. Suatu dini hari di luar rumah tua tempat memproduksi cendol dawet itu terdengar suara kemerusuk akibat 3 orang pencuri sedang membobol dinding tua dengan tongkat besi milik salah satu pencuri itu. Sebut saja Bram. Bram bersama 2 orang temannya, yang satu namanya Antok dan satunya lagi namanya Eko sudah sedari dulu tergila-gila dengan esensi tekstur dan rasa cendol dawet milik Mbok Tik. Bahkan disaat yang lain mengoceh di twitter “jangan dekati narkotika, narkotika itu perusak masa depan bangsa”. Mas Bram malah mengoceh begini “Janganlah dekati cendol dawet Mbok Tik. Sejatinya barang itu membuat diri anda ambyar”. Akun twitter dengan nickname “bram_pecinta_ulung” itu diikuti oleh 2 orang pengikut saja tak lain adalah Eko dan Antok yang sekaligus temannya itu.

Dikegelapan malam, 3 orang ini saling beradu argument. Kira-kira dimana ya tungku pembuatan cendol dawet diletakkan oleh Mbok Tik mengingat rumah Mbok Tik tidaklah sebesar istana presiden. Tentu gampang menentukan dimana tungku itu diletakkan.

“dari pengalaman saya sebagai investor jeruk nipis termasyhur di wilayah RT, saya kira tungku itu berada di tengah-tengah dapur dekat tembok“. Ucap Bram

“bukan Bram “. Antok menyaut

“saya kira, tungku itu ada di bagian kanan dapur“. Mengetahui bahwa Antok adalah seorang yang religious dan mengira bahwa hal apapun itu selalu lebih baik didahulukan yang bagian kanan, maka dia lebih memilih disektor kanan.

“wait-wait bradhajonss, dalam menentukan letak tungku berada kita harus memiliki sikap kritis. Karena aku cenderung menyukai buku kiri, maka pastilah melalui perspektif  sistematisku. Tungku ini pastinya berada di kiri”. Ungkap Eko sang pengagum lenin.

Mengamati dengan cermat argumentasi kedua temannya itu dirasanya sampai bulan menjadi bentuk jajargenjangpun tidak akan menemukan konklusi yang jelas. Sebab argumentasi mereka sangatlah empiris dan mampu dipertanggungjawabkan berdasarkan latar belakang mereka masing-masing. Akhirnya Bram memutuskan jalan damai sekaligus jalan terakhir. Jalan yang diperoleh dengan berikhtiar menyebut asma tuhan semesta alam, yaitu hompimpa. Kedua temannya pun menyetujui solusi itu. Akhirnya mereka serentak mengucapkan:

“Hompimpah alaihum gambreng, Mbok Tik jelek kalo pake baju rombeng”.

“yashhh aku yang menang. Memang benar ya kalo tuhan mencintai orang dengan tabiat baik dan paras rupawan itu”. Ejek Bram saat memenangkan hompimpah.

“alah bacot lu, muka kayak bungkus lontong aja belagu“. Jawab Antok tak terima.

“lah iya kamu itu cuman menang gara-gara hoki aja kok. Yang lain tentang kamu itu minuuuusss”. Tambah Eko.

Setelah saling ejek mereka kemudian saling bahu-membahu membobol tembok dibagian tengahnya menjadi lubang yang sekiranya bisa dimasuki sedotan kecil panjang yang kemudian digunakan untuk menyedot cendol dawet di dalam tungku untuk bisa dinikmati mereka bertiga. Sebelum di pagi harinya Mbok Tik memasarkan produknya di kedai biasanya itu. Dugaan sang investor jeruk nipis pun tak salah sasaran. Tungku itu berada disisi tengah dapur didekat tembok. Lekas-lekas mereka memasukkan sedotan ke dalam panci besar di atas tungku tersebut dengan dalih ingin merasakan cendol dawet paling enak se-antero dunia ini. Mereka saling berebut satu sama lain ingin menikmatinya. Karna melihat Bram dan Eko saling berebut dan tindakan itu tidak sesuai dengan prinsip etika agama, maka Antok membuat pertanyaan. Barang siapa bisa menjawab pertanyaan tersebut, maka dia berhak menikmati cendol dawet terlebih dahulu.

“nama Indonesia saat bertanding diajang internasional biasanya disingkat?”. Ucap Antok membunyikan pertanyaannya.

“Ina“. Jawab Eko yang notabene tau dan sering menonton perlombaan renang diajang internasional itu.

“salah“. Sergap Antok tanpa basa-basi.

“ah, saya tau ini jawabannya“. Tanggap Bram dengan penuh semangat.

“jawabannya pastinya (iya) betul kan tok hahahaha“.

“iya Bram, benar“. Sambil mengiyakan jawaban Bram dengan kode tubuh.

“jawaban apaan itu, nggak logis ah“. Eko tidak terima jawaban itu benar.

“eh mang, logis itu, pemikiranmu aja yang dangkal“. Sanggah Bram menanggapi.

“maklumlah Bram, dia kan dulu tidak diberi ASI ibunya, makanya goblok hahaha”. Ejek Antok.

“iyaya, dia kan pas kecil minumnya air ketuban“. Sambil terkekeh-kekeh Bram menahan tawanya agar tidak kedengaran disekitar.

“bacot“. Sembari menirukan gerakan tangan ala kartun spongebob, Eko menatap sinis kedua temannya.

“ayo, segera dihabiskan keburu pagi ini“. Antok menengahi.

“okeh, aku dulu ya ini berarti kwkwk“. Bram dengan penuh semangat.

“iyawes, jangan lama-lama“. Eko menimpali.

Akhirnya, yang maju duluan menikmati cendol dawet Mbok Tik adalah Bram, yang akan disusul oleh Eko, dan terakhir adalah Antok. Mereka bertiga berbaris rapi mengantri giliran mereka. Tak butuh waktu lama, sepanci besar minuman tersebut telah ludes dihabiskan 3 pencuri itu. Setelah perut terisi mereka bertiga bergegas untuk pulang dan tak lupa merapikan segala peralatannya untuk dibawa sekalian. Dan ini akan berlanjut pada malam-malam yang akan datang setelah Mbok Tik selesai membuat cendol dawet khasnya.

Pada pagi hari setelah bangun tidur dan merapikan kembali tempat tidurnya. Mbok Tik segera bergegas untuk mengecek bakal jualannya di dapur baheula tersebut. Tanpa mengenakan penutup seuntal benang pun, lekuk tubuh mbok tik rasanya sudah tak membangunkan birahi kaum milenial saat ini. Dengan berjalan gontai selepas bangun tidur, Mbok Tik terheran-heran ketika melihat isi dari pancinya ludes tak bersisa. Sembari mengingat-ingat bahwa perasaan malam harinya Mbok Tik sudah membuat cendol dawet untuk diperjualbelikan pada pagi harinya. Pikiran Mbok Tik sudah kacau balau. Ia tak bisa beraktivitas seperti biasanya di hari itu. Ia tak bisa memenuhi permintaan pelanggan yang gila akan cendol dawet tersebut. Muncul pertanyaan-pertanyaan dibenak Mbok Tik tentang keresahan pelanggan. Bagaimana kalau nasabah tercintanya itu tidak mau menjalani rutinitas seperti seharusnya gegara tidak terpenuhinya permintaan cendol dawet yang khas itu. Akhirnya Mbok Tik dengan penuh putus asa dan pikiran yang penasaran, mengapa ya dawetku kok habis, siapa yang mencuri dawetku itu, sedang panci itu berada didalam rumah, bukan diluar rumah. Kemungkinan-kemungkinan segera dipikirkan oleh Mbok Tik dari pintu depan yang mungkin belum terkunci atau maling itu mempunyai kekuatan super seperti spiderman sehingga bisa masuk melalui atap-atap rumahnya.

Keesokan harinya, setelah membuat cendol dawet. Mbok Tik memastikan segala pintu sudah terkunci, seluruh atap rumah sudah aman, tanpa ada potensi maling yang akan masuk mencuri cendol dawet seperti kejadian kemarin. Yaa sebelum tidur hal itu dilakukan oleh Mbok Tik. Naas, segala perkiraan Mbok Tik ternyata meleset. Maling bukan masuk melalui pintu utama ataupun atap rumah, maling juga bukan manusia super seperti spiderman. 3 pencuri itu datang lagi seperti malam kemarin sambil membawa kembali sedotan panjang yang merupakan senjata utamanya itu. Dan menghabiskan lagi sepanci cendol dawet milik mbok tik. Benar-benar kejadian kemarin terulang lagi hari ini.

Pagi harinya, Mbok Tik langsung mengecek pancinya, dengan harapan segala isi didalamnya masih utuh seperti pada saat dibuat malam harinya. Tanpa merapikan tempat tidurnya, tanpa menggosok giginya terlebih dahulu. Mbok Tik langsung ke dapur dan bersembah sujud sambil menangis. Ternyata di panci tersebut telah kosong lagi tak berisi. Mbok Tik menyadari bahwa maling tidak masuk melalui pintu utama ataupun dari atap. Tapi maling menghabiskan cendol dawetnya melalui sedotan kecil yang masuk diantara lubang tembok dari luar itu. Kelihatan, ternyata sang maling lupa membawa sedotannya kembali untuk dibawa pulang. Mbok Tik sudah punya rencana apabila maling tersebut malam nanti datang lagi.

Mbok Tik yang biasanya selepas berjualan lansung berbelanja di pasar untuk membeli segala bahan yang digunakan membuat cendol dawet namun hari ini tidak berangkat ke pasar. Dia lebih memperhatikan selokan-selokan disekitar rumahnya. Apakah disana masih ada sisa-sisa kotoran yang bisa dimanfaatkan. Pada malam harinya, Mbok Tik membuat cendol dawet itu lagi tapi cendol dawet hari ini berbeda dengan hari-hari kemarin. Mbok Tik membuat cendol dawet yang sangat istimewa khusus di berikan kepada maling-maling terhormatnya itu. Malam ini Mbok Tik membuat cendol dawet dari bahan air selokan, dicampur dengan hasil output beraknya itu. Yah tai. Mbok Tik membuat cendol dawet rasa tai khusus untuk dinikmati para maling. Ingat sekali bagaimana Mbok Tik mengaduk-ngaduk tai di panci dengan penuh cinta, menambahkan CD ukuran XXL yang tidak dicuci 7 bulan kedalamnya dengan rasa ikhlas dan menyajikannya khusus untuk pencuri dengan sangat menawan. Akhirnya cendol dawet rasa tai itupun sudah jadi.

Mbok Tik di malam itu menahan kantuknya sambil menunggu respon bagaimana sang maling ketika menikmati cendol dawet spesialnya malam ini. Tak lama kemudian hal yang ditunggu-tunggu Mbok Tik itu tiba juga. Para maling datang seperti biasa untuk menikmati jamuan istimewa dari cendol dawet tersebut. Sembari memasang kupingnya didekat dinding, dari dalam mbok tik memperhatikan segalanya yang diucapkan para maling itu.

Dengan penuh antusias 3 pencuri itu segera memasukkan bibirnya di gagang sedotan dekat tembok yang belum diambil sedari malam kemarin itu.

“wahh gimana keadaan sekitar nih, jangan lupa diawasi ya. Saya dari tadi pagi tidak makan nasi gara-gara ingin sekali seluruh perutku ini terisi cendol dawet buatan mbok tik seorang hahaha“. Bram ketika membuka percakapan.

“aman, santailah. Saya juga tadi menolak ajakan pacarku nongkrong di starbucks. Ya demi cendol dawet inilah”. Ungkap Eko tak mau kalah dari Bram.

“halah kalian itu tidak seberapa. Saya ini loh puasa. Rencananya saya tidak mau makan selagi saya belum mencicipi cendol dawet ini kwkwk”. Seru Antok.

“ayolah serbu“. Jawab kompak mereka bertiga.

Mendengar hal itu Mbok Tik yang dari tadi sudah menguping pembicaraan mereka menahan gelak tawanya dari dalam. Dimulai dari Bram yang pertama kali mencicipi cendol dawet paling enak itu. Tampak dari kegelapan muka kecut Bram sudah kelihatan. Dia merasakan cendol dawet Mbok Tik tidak seperti biasanya. Rasanya acuh, kayak dibuat dari kotoran sapi dimasak diatas tungku api. Merasakan itu Bram menyudahi meminum cendol dawet itu, dan mempersilahkan Eko untuk menikmatinya sesuai giliran. Dengan semangat Eko bertanya pada Bram.

“gimana-gimana rasanya Bram? Enak Bram?”.

“seperti biasa bro, cukup untuk memuaskan dahaga. Enak sekali hari ini melebihi yang kemarin“. Jawab Bram melebih-lebihkan.

Setelah itu Eko maju menggantikan posisi Bram untuk meminum cendol dawet tersebut. Raut wajah Eko tak kalah masam dibanding raut wajah Bram yang tadi mencicipi cendol dawet rasa tai itu juga. Tak lama kemudian Eko menyudahi dan mempersilakan yang terakhir yaitu Antok untuk menikmatinya.

“ayo bro coba, dijamin setengah surga dunia berada disini“ tawar Eko pada Antok.

“okeh. Aduh gimana ya rasanya ini, enak pasti buat takjil puasa hahaha”. Kata Antok.

Setelah Antok selesai meminumnya, ketiga pencuri itu saling menatap. Timbul pertanyaan dibenak mereka bertiga. Dimulai dari Bram yang bertanya;

“kenapa ya hari ini cendol dawet buatan Mbok Tik tidak seperti biasanya?”.

“iyaya. Rasanya kayak minum kotoran manusia dan kencing kucing“. Imbuh Eko.

“iya, baunya juga mirip tai dan kencing. Pesing dan tak layak mendapat sertifikasi halal dari MUI “. Pungkas Antok.

“ya memang itu dari tai dan air selokan anak muda “. Tiba-tiba Mbok Tik menyahuti dari dalam. Dan ketiga pencuri itu lari tunggang langgang menjauh dari kediaman Mbok Tik.

Dalam benak Mbok Tik berpikir, memang ya dinegara ini sifat kolektif itu sudah mendarah-daging pada jiwa bangsa. Bahkan dalam kebohongan pun mereka masih bersifat demikian. Tak peduli sepahit apapun itu yang penting sama-sama merasakan. Hehehe sekian…

Oleh: Muhammad Zaki Wahyudi

Prodi Manajemen, Universitas Trunojoyo Madura

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop