TRUNOJOYO SANG PENDOBRAK: MANUSIA PARIPURNA HANYA ADA DI ANGAN-ANGAN

Judul buku       : Trunojoyo Sang Pendobrak

Penulis buku    : Gamal Kamandoko

Penerbit buku  : DIVA press

Tahun terbit    : Maret 2009

Cetakan           : Pertama

Tebal buku      : 408 halaman

Novel epos trunojoyo sang pendobrak, mengisahkan sepak terjang sosok pahlawan rakyat Madura di tengah hiruk pikuk kedigdayaan kesultanan Mataram pada masa itu. Novel yang memuat kisah penuh siasat ini disajikan dengan runtut alurnya oleh penulis, melalui gaya bahasa dan kepenulisannya yang kaya akan majas nan metaforanya sebagai pengantar cerita epic-nya itu, hingga rentetan peristiwa yang terkandung didalamnya siasat, strategi, intrik, pengkhianatan, cinta, dan pelbagai konflik dijabarkan secara apik oleh penulis yang mengundang pembacanya untuk duduk bersila manis, melupakan jenak realitas kehidupan, menulikan telinga pembaca akan dengung suara perutnya berkat akibat cacing-cacing lapar meminta upeti bulu bekti, menampik ajakan mesra sang kekasih pada chatting whatsapp dilayar smartphone-nya dikarenakan menduanya ia oleh novel tersebut.

Pembaca seolah tak henti-henti dibuat penasaran dan segala macam intrik apalagi yang hendak di ungkap penulis pada pembaca. Pembaca secara tidak sadar telah digiring masuk dalam labirin konflik pemerintahan dalam itu sendiri, dihantarkannya masuk oleh penulis kedalam ranah sistemisasi oligarki pemerintahan kesultanan Mataram. Seolah-olah hadir menyaksikan dengan mata kepala sendiri dalam pergolakan diantara para pemangku tahta kerajaan yang buta akan gelar tersebut. Disuruhlah pembaca untuk menilik, menumpah-ruahkan segala macam asumsinya sendiri dengan proses berpikir yang berlandaskan penglihatan mata kepala sendiri. Apakah Trunojoyo benar-benar pengkhianat keparat yang pantas untuk ditumpas? atau malah pahlawan sejati yang patut dijunjung dan dihargai?

Dari sini kita telah ketahui, bahwa penulis menceritakan secara gamblang seluruh kejadian di novel itu, bahkan sedari Trunojoyo masih dipersiapkan turun ke bumi oleh Tuhan YME. Melalui leluhur Madura, yaitu Raden Prasena yang tak lain adalah adipati Sampang, Madura sebelum tanah Madura dikuasai oleh Mataram melalui titah Sultan Agung. Setelah Madura dikuasai Mataram, termasuk Sampang, Raden Prasena dijadikan Sultan Agung sebagai menantunya, dan diberikan gelar Panembahan Cakradiningrat, yang kelak akan menjadi kakek Trunojoyo melalui putranya yang bernama Demang Malayakusuma.

Mataram mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung. Setelah Sultan Agung wafat, barulah tersingkap tabir-tabir kebengisan, akal busuk manusia. Dijelaskan di buku itu betapa rakusnya manusia akan kekuasaan. Mereka tak peduli dengan cara apapun asalkan kehidupannya sejahtera. Siasat setan segera dipropagandakan, dunia intrik sudahlah wajar, bahkan tikam sana-sini sudah biasa. Ya, setelah kepala pemerintahan diwariskan kepada Sultan Amangkurat I, anak sulung Sultan Agung, semua itu terjadi. Melalui pemerintahan Sultan Amangkurat I yang arbitrer, sebagian penduduk yang tak senang dengan pemerintahannya, bertindak untuk makar, termasuk adik sultan sendiri. Dan pada peristiwa itu membuat adik Sultan Amangkurat, Panembahan Cakradiningrat I, dan Demang Malayakusuma yang merupakan Ayahanda Trunojoyo wafat. Kemudian adik Demang Malayakusuma (paman Trunojoyo) diangkat menjadi Panembahan Cakradiningrat II dengan menggantikan kakek Trunojoyo. Trunojoyo pada saat remajanya banyak menghabiskan waktu di sampang. Oleh karena ketidaksukaan panembahan cakradiningrat II kepada trunojoyo yang kian banyak digandrungi penduduk Madura berkat sikap dan kepiawaiannya dalam bertindak, akhirnya Panembahan Cakradiningrat berencana untuk membunuh keponakannya tersebut. Berlarilah ia menuju Kajoran, tempat kediaman Panembahan Rama. Di Kajoran, Trunojoyo dipersunting oleh Panembahan Rama menjadi menantunya, memperistri anak perempuannya. Setelah ia mendapati bahwa Trunojoyo kelak akan menjadi seorang yang mampu mengguncang tanah jawa, berkat kemampuan istimewanya yakni bisa melihat masa depan seseorang.

Pada saat yang sama, Adipati Anom, anak dari Sultan Amangkurat I, menyatakan mosi ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan ayahandanya yang arbitrer. Mulai dari menghukum mati segala oknum yang dirasa tidak tunduk dan taat kepadanya sampai memupuskan harapannya ketika ia mendapati cintanya untuk Rara Oyi dikandaskan begitu saja oleh ayahandanya. Dengan biadab, ayahandanya memberi hukuman mati pada sanak keluarga Rara Oyi yang dirasa telah melawan kehendaknya untuk mempermaisuri Rara Oyi. Sementara Rara Oyi sendiri mati ditangan Adipati Anom, selaku pengagumnya sendiri, setelah ayahandanya memerintah untuk mengeksekusi dengan tangannya sendiri. Sejenak terlintas dibenak saya pemerintahan  di rezim ini sangat otoriter, sudah barang lama mengingat rezim ini dilanjutkan oleh anak cucu ibu pertiwi, yakni rezim Soeharto. Kian bertambah menumpuk sudah ketidaksukaan Adipati Anom terhadap pemerintahan ayahnya. Adipati Anom berencana membelot, melalui nasihat panembahan rama, Adipati Anom disarankan untuk menggunakan kaki tangan Trunojoyo, yaitu menantunya sendiri untuk menggulingkan kedudukan ayahandanya dimataram tanpa mengotori sejengkal jaripun tangan Adipati Anom. Akhirnya Adipati Anom pun setuju, difasilitasilah segala tindak laku Trunojoyo mengenai siasat pemberontakan tersebut.

Pemberontakan Trunojoyo pun menuai hasil positif dikubu Adipati Anom dengan dikuasainya Madura dan akan menyusul wilayah-wilayah lainnya melalui bantuan prajurit pelarian dari Makassar yang dipimpin Kraeng Galesong. Dengan bersatunya dua kekuatan itu, akhirnya kedudukan Sunan Amangkurat I digulingkan. Dan Plered berhasil dikuasai, setelah pasukan Mataram lari tunggang-langgang mencari pengungsian. Di sela perjalanan, Adipati Anom mendapati Sultan Amangkurat I tak berdaya akibat sakit yang dideritanya. Disuruhlah Adipati Anom itu untuk mencarikannya buah kelapa atas keinginan ayahandanya. Setelah didapatkan buah itu, kemudian buah itu diserahkan ke ayahnya, tanpa lupa diberikan racun agar sang ayah cepat mati. Nahas, sang ayah sudah mengetahui semua gerak-gerik anaknya itu, ayahnya membuka topeng busuk sang anak, mulai dari rencana makar padanya, bersekongkol dengan pemberontak hingga air kelapa yang telah dikasih racun itu. Namun, sang ayah tetap meminum air kelapa itu. Disinilah, kejadian yang paling epic menurut saya, rasa sayang sesungguhnya seorang ayah terhadap anak. bagaimana tidak, dia mengetahui bahwa anaknya akan mencelakainya namun ia tetap berbelas kasih terhadapnya, bukan karena apa-apa. Tapi bagaimanapun dia, ia tetap seorang anaknya, mengalir darahnya didarah anak itu. Saya terkadang miris melihat perilaku orang-orang sekarang, mereka cenderung mengultuskan hal-hal yang dari luar, dan menganggap semua hal yang dalam negeri adalah tradisi yang harus ditinggalkan. Seandainya mereka tahu, betapa kaya sejarah kita, betapa inspiratif pendahulu-pendahulu kita, seandainya saja mereka menghargai dan menelaah sejarah kita, mereka akan tahu bahwa sesungguhnya kitalah garuda yang perkasa itu.

Dan setelah murni Trunojoyo menyatakan penyeruannya bahwa dia telah menobatkan diri sebagai raja penguasa jawa. Itu artinya ia ingkar terhadap kesepakan yang telah disepakati antara Adipati Anom tersebut. Mendapati Trunojoyo begitu, Adipati Anom marah dan mengerahkan seluruh pasukannya untuk menggebrak Trunojoyo di Kediri, dengan dalih merebut kembali wilayah kekuasaanya dengan meminta bantuan pada koloni Belanda. Dengan kekuatan yang sedemikian besar dari pihak Mataram akhirnya Trunojoyo berhasil dilumpuhkan, dan gugur di Mataram dengan cara mati mengenaskan.

“Sekarang tidak ada orang baik, yang ada adalah orang yang sedang ditutup aibnya dan sedang dibuka aibnya oleh tuhan“. Itulah kiranya kutipan yang bisa saya ambil melalui cuwitan Sujiwo Tejo mengenai novel Trunojoyo. Manusia tidak bisa menghindari giuran kepuasan dunia di benaknya, sejatinya orang yang benar-benar baik hanya ada di komik, bukan di dunia nyata. Mereka yang terlihat baik berarti keburukannya belum dibongkar oleh Tuhan begitupun sebaliknya.

Dan seperti penuturan Joker “orang jahat berasal dari orang baik yang disia-siakan“. Sangat mengena, cerdas, mengenai novel ini.

Baiklah, saya sarankan buku ini untuk kalian baca terlebih lagi kalian adalah orang Indonesia, terlebih lagi mereka yang orang Madura, terlebih lagi mereka mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura, terlebih lagi mereka yang menggilai Drama Korea, barangkali dapat move on setelah membaca ini hehe. Nggaklah, aku cinta Korea.

Alur cerita dibuku ini sangat teratur dan mengalir, dijelaskan secara gamblang pada tiap kejadian, bahasanya yang mudah dipahami merupakan hal yang menjadi kualitas dari buku ini. Namun, kesempurnaan hanyalah milik Sang Hyang, manusia tidak bisa memilki secara utuh, apalagi sempurna.

“Manusia sempurna di dunia ini hanya ada dua. Yang pertama hanya ada di angan-angan dan yang satunya lagi belum lahir“. Begitu juga dengan buku ini, terdapat banyak makna kiasan yang sering tidak dapat dipahami oleh para pembacanya. Sehingga, pembaca terkadang bingung terhadap pesan apa yang ingin disampaikan penulis itu dengan gaya yang tidak biasanya itu.

Penulis: Muhammad Zaki Wahyudi

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop