Sentilan Feminisme Pada Novel Cantik Itu luka

oleh : Radh

“Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada”

Salah satu kutipan pernyataan menarik tokoh utama, Dewi Ayu pada novel yang ditulis Eka Kurniawan “Cantik Itu Luka”, bukan pada pembuka novel ini, tapi pada halaman 127, terlihat samar seperti pemberontakan seorang feminis, dari kacamata pengamat amatiran. Pernyataan lain juga menarik bagi saya “Cantik itu luka bagi yang memilikinya dan yang ada di dekatnya” kalimat itu saya dengar dari pemandu disalah satu forum diskusi dan beruntungnya hingga kini masih saya ingat, meski sejauh yang saya ingat hanya itu yang benar benar saya ingat pada diskusi itu, kalimatnya kurang lebih tepat menggambarkan kondisi cantik yang berusaha digambarkan om penulis, benar salahnya setidaknya itu yang dapat saya tangkap dari sudut pandang pembaca dan penikmat sastra awam.

Dewi Ayu, pelacur berparas ayu, primadona Halimunda yang mewarisi darah belanda-pribumi lahir dari pasangan Aneu Stammler dan Henri Stammler yang merupakan kakak beradik lain ibu, dimana Aneu lahir dari rahim seorang gundik yang dipelihara oleh Ted Stamler yang telah beristri Marietje Stammler yang merupakan ibu Henri. Kisah hidup Dewi Ayu digariskan cukup rumit oleh penulis, bayi yang di tinggal ibu dan bapaknya minggat dan hidup bersama kakek neneknya, kemudian ditinggal mati keduanya, menjadi tahanan perang, pelacur tentara Jepang, hingga keputusan untuk menjadikan tubuhnya milik setiap lelaki yang mau membayarnya. Berlatar kisah kolonial belanda, jepang, agresi militer, masa PKI, hingga pasca revormasi penulis juga menghadirkan banyak tokoh lain dan mengisahkan kehidupan para tokoh secara rinci dengan latar kehidupan yang berbeda, penulis menciptakan banyak kisah dalam serangkaian kisah yang rumit tapi menarik. Menciptakan Ma Gundik yang merupakan kekasih Ma Iyang gundik kakeknya yang kemudian diketahui merupakan dalang kisah rumit atas keturunan Dewi Ayu.

Dewi Ayu melahirkan tiga dari empat anak dengan paras cantik yakni Alamanda, Adinda, Maya Dewi dan Si Cantik anak terakhir yang dilahirkan buruk rupa atas pengharapan ibunya sendiri yang tengah dibayangi kehawatiran kecantikan yang akan mendatangkan malapetaka, dan kesemuanya lahir tanpa tahu jelas siapa bapaknya. Digambarkan seluruh cinta berakhir tragis, dimana kecantikan benar-benar menimbulkan luka, namun prediksi Dewi Ayu atas luka yang tidak akan menjamah anak terakhir yang terwujud buruk rupa ternyata salah, karna nyatanya semua kebagian luka. Hampir pada seluruh tokoh  yang terlibat kisah cinta dihadirkan dengan nasib tragis.

Setiap tokoh dikemas menarik Dewi Ayu ditampilkan sebagai seorang pelacur cantik, seorang pemberontak dengan seribu ketenangannya, tercermin pada sikap diamnya ketika diperkosa tentara belanda yang berkat ketiadaan responnya itu berhasil mengusir tentara jepang untuk segera beranjak karna tidak sanggup meladeni kebisuan tubuh Dewi Ayu, penulis mengemas pemikiran tokoh yang out of the box pada Dewi Ayu dan tokoh lain. Alur yang di tawarkan bolak-balik, membuat pembaca tidak akan dapat menarik kesimpulan jika hanya membaca sepotong kisah seorang tokoh.

Kontradiktif dengan kondisi saat ini, jika Dewi Ayu sampai hati mengutuk anaknya buruk rupa, lantas yang terjadi saat ini justru ketidak adilan hinggap pada perempuan yang jauh dari penilaian cantik, lihat saja kriteria seorang pramugari, kontes-kontes kecantikan, atau bahkan kemudahan akses dan perolehan tanda tangan oleh seorang dengan paras cantik pada pejabat kampus, belum lagi bentuk lain pengistimewaan dalam kelompok masyarakat. Namun kondisi ini juga di kuatkan dengan penjelasan yang di sampaikan penulis bahwa dengan paras buruk rupa Si Cantik bahkan cenderung di kucilkan oleh masyarakat. Well sekarang kecantikan bukan lagi warisan, namun berapa harga yang berani ditebus untuk sebuah kata cantik, sebut saja penjajahan ala kosmetik. Tuduhan aliran feminis pada novel ini samar saya temukan dan lancang saya katakan bahwa dengan kecantikan didukung aspek lain penguasaan perempuan pada laki laki dapat dilakukan, seperti halnya Dewi Ayu pada pasar laki-laki Halimunda, Selebihnya dominan pada riwayat cinta rumit dan tragis.

Kisah ini juga di bumbuhi cerita mistis dan ajaib seperti halnya Dewi Ayu meninggal atas keinginannya sendiri yang Tuhan kabulkan pasca 12 hari melahirkan Si Cantik tanpa pernah tahu rupa anak terakhirnya itu, kemudian bangkit setelah 21 tahun kematiannya, hantu-hantu PKI yang gentayangan, permainan arwah jelangkung oleh penjaga kuburan, kandungan Alamanda yang membesar namun hanya berisi angina, moksa suami Maya Dewi yakni Maman Gendeng dan banyak lagi yang lain

Menampilkan gaya penceritaan yang detail, kejam, dan sensual usia pembaca benar harus di perhatikan. Dengan alur yang acak pembaca harus benar memahami inti setiap kejadian untuk dapat menarik kesimpulan. Selebihnya pembaca akan dibuat penasaran untuk dapat mengetahui kelanjutan, konflik dan hubungan para tokoh serta akhir kisahnya.

 

Judul                           : Cantik Itu Luka

Penulis                         : Eka Kurniawan

Desain Sampul            : Moelyono

Cetakan                       : Kelima, Januari 2015

ISBN                           : 978-602-03-1258-3

Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop