Seminar Fe On Fe, Menambah Wawasan, Ilmu Pengetahuan Serta Meningkatkan Pola Kritis Mahasiswa

InkamsLpm – BEM FEB UTM (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura) menyelenggarakan seminar FE ON FE dengan Tema “Masyarakat Rantau: Sebuah Kemajuan atau Keterbelakangan? (Study Kasus Terhadap Masyarakat Madura)”, dimana dalam pembahasan ini dipaparkan mengenai pandangan masyarakat umum terhadap etos kerja dan jiwa rantau yang selama ini sudah melekat pada masyarakat Madura. Acara ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai isu-isu ataupun permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat disekitarnya. (07/04)

FE ON FE sendiri merupakan agenda bulanan BEM FEB selama satu periode dengan menjalin bekerjasama dengan pihak Fakultas. Dalam seminar pertama ini BEM FEB menghadirkan Dr Eni Sri Rahayuningsih, SE., ME selaku Akademisi Ekonomi Pembangunan UTM sebagai pemateri. Acar ini berlangsung di Gedung RKB A ruang multimedia dengan dihadiri oleh sekitar 40 peserta. Dan secara resmi acara ini dibuka pada pukul 14.15 serta berakhir sekitar pukul 16.00 WIB.
“Acara FE ON FE ini sebenarnya merupakan agenda dan tradisi lama dari BEM FEB UTM. Tujuanya adalah agar mahasiswa menjadi tahu isu-isu atau permasalahan apa yang sekarang sedang dihadapi oleh masyarakat disekitarnya. Selain itu acara ini juga bertujuan untuk membangun kebiasaan penelitian dilingkungan masyarakat oleh mahasiswa, sehingga mereka (masyarakat) nantinya dapat merasakan manfaat dari research tersebut”, Ungkap Dr. SuteknoSE., M.E. selaku Wakil Dekan (Wadek) 1 dalam isi sambutanya.

Dalam laporan ketua pelaksana, acara ini kuotanya terbatas, dengan dihadiri oleh 40 peserta. Diantaranya 12 peserta dari Manajemen, 11 dari Akuntansi, 9 dari Ekonomi Pembangunan, 4 dari ASP dan 4 lagi dari Enterpreneur. Pembatasan kouta tersebut dibenarkan juga oleh Eko Prasetyo selaku Gubernur BEM FEB UTM dalam sambutannya, “acara ini memang diserbu banyak mahasiswa FEB khususnya jurusan manajemen. Karena apa? Yah, dikarenakan acara ini gratis dan juga penting bagi mereka untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan. Banyak mahasiswa yang ingin mendaftar namun panitia terpaksa menolak karena baru 3 jam pamflet tersebar langsung diserbu pendaftar dan seketika itu kuota penuh. Yah, namanya juga mahasiswa selalu semangat dengan yang gratis-gratis. Kendala dalam acara ini adalah minim nya daya tampung tempat, sehingga acara ini dibatasi oleh sedikitnya kuota peserta. Sekalipun ini acaranya gratis namun tidak kalah dengan acara yang lain karena ilmu yang di dapat sangatlah bermanfaat”.

Dr Eni Sri Rahayuningsih, SE., ME selaku pemateri memaparkan mengenai profil orang-orang Madura, yang lekat dengan jiwa perantau dan etos tenaga kerjanya. Namun, terdapat pandangan serta pemikiran negatif dalam benak masyarakat luar terhadap orang Madura (orangnya pemarah, tradisi carok, begal dll). Why? Jawabanya adalah dalam sejarah nenek moyangnya (masyarakat madura), mereka telah mengalami traumatis yang menancap dan mengakar kepada penjajah Belanda, mereka merasa diperbudak dan ditipu dengan hebat, dan dendam itu diwariskan dalam jiwa anak keturunanya hingga sekarang.

Mereka (nenek moyang orang Madura) menanamkan sebuah prinsip “Jangan mudah percaya dengan orang lain atau orang baru”, jadi orang Madura itu extrim, jika ia baik maka sangat baik dan jika ia jahat maka sangat jahat, jadi kita harus bisa meyakinkan kepada mereka bahwa keberadaan kita itu bukankah ancaman bagi mereka. Dengan begitu kita dapat berkerabat erat dengan penduduk asli Madura.

Madura memiliki pulau yang banyak dan terkecil, dengan potensi alam yang sangat melimpah, dan wisata alam yang luar biasa exsotis. Hal itu menarik perhatian penjajah untuk merampas kekayaan tersebut. Pada awal kedatanganya Belanda sangat baik sikapnya hingga meluluhkan masyarakat madura pada zaman itu dan lama kelamaan dibalik kebaikannya masyarakat sadar bahwasanya ia sedang ditipu dan diperbudak. Setelah semuanya habis dirampas Belanda akhirnya banyak masyarakat Madura yang merantau karena sudah tidak punya apa-apa lagi. Rata-rata adalah golongan ekonomi menengah kebawah dan pendidikan relatif rendah. Hampir disetiap daerah bahkan luar indonesia dapat ditemui mayoritas perantau berasal dari Madura. Tak heran bahwa mendengar nama Madura yang terlintas adalah hal-hal negatif, mereka pergi merantau dengan membawa dendam dihati, juga pendidikanya rendah. Sedangkan orang-orang yang berkualitas atau yang berpendidikan tinggi menetap di daerahnya. Sehingga masyarakat luar tahu nya orang-orang madura itu bodoh dan keras.

“Berdasarkan data BPS 2015 jumlah penduduk Madura adalah 2,731,633 orang, meliputi (Bangkalan, Sumenep, Sampang, Pamekasan). Ini adalah data kecil yang tercatat, dikarenakan banyaknya penduduk madura yang menyebar diseluruh bagian Indonesia maupun luar negeri. Menurut (Ma’arif 2012) penduduk madura sesungguhnya adalah 27 juta jiwa lebih, sedangkan yang tercatat adalah 10% nya saja dikarenakan mereka merantau keluar dari daerahnya. Mayoritas perantau adalah laki-laki usia produktif dari kalangan kelas menengah kebawah dan yang berpendidikan rendah. Jadi penduduk di Madura ini meliputi lansia (tidak produktif lagi), anak-anak dan perempuan. Yakni mereka mengerjakan pekerjaan domestik dimana perempuan madura itu mengurus rumah dan anak. Laki-lakinya sangat sedikit. Bahkan jika saja Madura ini terjadi perang pasti akan kalah dikarenakan penduduknya mayoritas perempuan”, Ungkap Dr Eni Sri Rahayuningsih, SE., ME. #Els/y1

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop