“PASAR” Nilai Kebudayaan Dalam Setiap Perbuatan.

Judul :PASAR

Penulis :Kuntowijoyo

Penerbit :Diva Press dan Mata Angin

Jumlah Halaman :375 hlm

Cetakan :Pertama

Tahun Terbit :2017

ISBN :978-602-391-373-2

 

Novel yang berjudul “ PASAR” karya Kuntowijoyo ini berlatar waktu kehidupan di tahun 1970-an. Sebenarnya novel yang ditulis ini cukup sederhana  namun sangat syarat akan makna. Novel ini ditulis dengan mengambil latar tempat di Kecamatan Gemolong. Kita semua tahu bagaimana orang jaman dulu sangat menjunjung tinggi nilai kebudayaan dalam setiap perbuatan. Sama halnya dengan pak mantri dalam mengelola pasar yang sudah puluhan tahun ia kelola. Bersama tarjo (asistennya) ia membuat berbagai macam peraturan salah satunya adalah menarik karcis untuk pedagang yang tujuannya agar pasar yang ia kelola menjadi lebih baik dan sukses. Novel “pasar” menceritakan perubahan sosial masyarakat disuatu kecamatan sehingga nanti akan ada beberapa konflik dalam cerita ini yaitu antara tokoh pak Mantri, Paijo (masyarakat biasa), camat dan kepala polisi (bagian pemerintahan), dan Kasan Ngali (pedagang kapitalis). Yang semuanya menurut saya mewakili perspektif lapisan masyarakat.

Konflik mulai muncul ketika para pedagang pasar tidak bersedia untuk membayar uang karcis kepada Paijo dikarenakan ratusan burung dara yang diakui milik pak mantri selalu hinggap di barang dagangan para pedagang untuk mencari makan atau kemudian mengotori dagangan para pedagang. Sehingga mengakibatkan pendapatan warga menurun dan tidak bisa lagi menabung di bank pasar yang saat itu dipegang oleh wanita muda bernama Zaitun. Melihat bencana tersebut, Kasan Ngali orang kaya yang selalu ingin menang sendiri itu kemudian membaca peluang dengan mendirikan pasar kaget tanpa ditarik karcis didepan halaman rumahnya yang luas bahkan hingga ke jalan desa karena terlalu banyak pegadang yang ingin pindah ke pasar kaget Kasan Ngali. melihat kejadian itu, pak Mantri merasa terhina sekali. Beraninya ada orang muda yang mendirikan pasar selain dirinya apalagi tanpa meminta izinnya terlebih dahulu. Ini merupakan penghinan besar menurutnya.

Tidak tinggal diam, pak mantri melaporkan pada camat dan kepala polisi sekaligus. Usahanya tidak sia-sia karena kemenangan ada di pihak pak mantri dan Paijo anak buahnya. Akan tetapi ada hal yang membuat hati pak mantri sedih. Yaitu karena wanita kesukaannya, Zaitun akan menutup bank pasar dan kemudian pergi jauh karena sudah tidak ada lagi warga yang mau menabung di bank pasar. Mereka justru lebih memilih ke bank kredit yang didirikan Kasan Ngali. Dasar Kasan Ngali itu, tidak mau kalah.

Dari cerita beberapa konflik diatas, maka dapat menggambarkan karakter dan sifat dari beberapa tokoh dalam menghadapi masalahnya. Dan mungkin maksud dari penulis adalah memberi gambaran bagaimana dulu tokoh-tokoh yang digambarkan dapat mengatasi setiap masalah yang menghampirinya

Pak mantri sebagai seseorang dalam kelas priyayi selalu berusaha menjalankan tugasnya dengan menjunjung nilai budaya jawa yang ada dan diketahuinya. Dapat saya lihat ketika ia menasihati asistennya yaitu paijo untuk selalu bertanggung jawab dengan tugas apa yang sedang dikerjakannya. Mungkin petuah dari pak mantri akan sangat banyak apabila saya sebutkan dalam kutipan. Dan bahkan pak Mantri juga tak sungkan untuk menasihati camat sekalipun. Sebagai pejabat pemeritahan jangan hanya tahu aturan dan baca tulis saja, namun pengetahuan sastra juga sangat perlu. Begitulah jika saya ingat-ingat petuah dari pak mantri untuk camatnya.

Menurut saya tokoh protagonis yang diceritakan melalui tokoh pak mantri, penulis menggambarkan tokoh pak mantri adalah orang yang sangat menjujung tinggi nilai budaya dan aturan yang ada. Walaupun dia memiliki kuasa yaitu sebagai mantri pasar maka menurutnya kita harus hidup sama rata sama rasa. Tidak ada perbedaan antara pejabat dan rakyatnya

Sangat berbeda jauh dengan sikap Kasan Ngali, pak Mantri memperlihatkan sifatnya melalui caranya menasihati Paijo. iya, tak habis nasib anak itu selalu dinasehati bosnya yang sungguh hobi menasihati “kerjakanlah apa yang bisa kamu kerjakan. Jangan serakah. Apa yang kita cari? Sesuap nasi untuk hidup. Hidup itu bukan untuk makan, tetapi makan untuk hidup. Lalu mengapa engkau gelisah? Karena engkau ingin lebih dari yang kau bisa dapatkan. Jangan, Paijo. jangan”(hlm.116)

Berbeda dengan Kasan Ngali pedagang kapitalis yang tidak lagi memegang tekun budaya dan adat jawa. Kasan Ngali menjual hasil panen ketika musim paceklik dengan harga yang sangat tinggi. Begitulah penulis menceritakan tokoh dengan sangat bagus dan sesuai dengan perubahan sosial serta ekonomi yang semakin memakan zaman seperti yang kita alami sekarang ini.

Sebagai karya sastra novel menurut saya, penulis menyajikan tulisan dengan sangat baik. Hal dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembacanya sangat tersampaikan. Membuat saya yang masih awam tentang perubahan sosial menjadi tahu bagaimana keadaan dimasa dahulu dan dimasa sekarang. kita mejadi tahu bagaimana tokoh pak mantri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya ketika Kasan Ngali seperti menantangnya. Novel ini sangat syarat dengan nilai luhur khususnya kebudayaan di daerah Jawa. Nasihat yang selalu kita dengar dari orang disekitar kita mungkin hampir sama dengan apa yang diceritakan dalam karya novel ini. Namun dengan membaca novelnya mungkin akan lebih membekas dalam pikiran kita.

Diresensi oleh: Laili Yuli Aprila

Prodi Akuntansi FEB Universitas Trunojoyo Madura

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop