Hidup Kita Bukan Hidup Orang Lain

Oleh: Cindy

Setiap orang pasti memiliki arti tersendiri begitu mendengar atau membaca kata merdeka, secara umum orang yang sering aku temui mengartikan merdeka itu sebagai tanda kebebasan suatu negara dari unsur penjajahan, tapi berbeda dengan pendapat ibu aku, menurut dia merdeka itu adalah bebas untuk berkreasi, bebas menyampaikan pendapat, bebas dari urusan kantor, dan bisa belanja sepuasnya untuk memenuhi hasrat tanpa adanya resiko yang harus di pikirkan. Ya, ibuku memang punya pendirian sendiri, entah itu jenius atau memang ibuku agak sedikit kurang belaian.

Menurut aku pribadi, merdeka itu artinya bebas dari bullying, ketika aku masih imut-imut (sekarang amit-amit) aku sering menerima bullying dalam bentuk bullying psikologi seperti sering menerima kata-kata kasar, menjadi bahan olok-olokan, dan sering dikucilkan. Ya, sangat jelas sekali, masa laluku benar-benar suram, penuh ketidakadilan, ketidaknyamanan, dan ketidakenakan (biarin lah gak nyambung).

Hal ini sering sekali dialami oleh anak-anak SD bahkan hingga remaja SMA, teman-temanku banyak yang minta saran padaku bagaimana cara balas dendam yang baik dan benar, karena menurut mereka aku ini adalah orang yang berpengalaman di bidang balas dendam, apa lagi di latar belakangi bullying. Ada salah satu temanku namanya Alif, dia temanku di SMP dan dia adalah sasaran bully yang empuk.

“Cin, gue di bilang kate1.”
“Ya emang loe kate kan, bhahahahak.” Aku ketawa kejam.
“Iih, loe jahat, sebel gue.” Sahut Alif cemberut.
“Aduh udahlah Lif, gue kan gak beneran bercanda.”
“Mulai deh lawak nya garing.” Ejek Alif.
“Asem loe Lif, ya udah deh gini aja loe bales dengan bilang ke mereka ‘gue kate karena gue gak tinggi’ udah gitu aja, buat komedi aja lah, gak usah di masukin hati soalnya gak cukup, wkwkwkwk.” Tawa jahat ku hadir lagi.
Dengan jari telunjuk di kening Alif menjawab “Bener juga ya, buat komedi aja, tinggal di putar lagi omongannya.”
“Nah itu pinter.”
“Dasar loe cin.” Sahut Alif dengan bibirnya yang dimajukan.
“Bilang apa loe ke gue.” Gue setengah maksa.

“Iya-iya makasih Cinday cantik, cacar bintik-bintik.” Ejek Alif lagi dengan mulut terbuka dan mata juling.
“Terserah loe aja deh.” Ucap ku karena tak ingin memperpanjang debat.

Ketika aku menulis ini dan dengan tema kemerdekaan, sempat terselip di pikiranku tentang masa laluku yang suram, kejadian suram itu aku alami 3 tahun berturut-turut dan membuatku terpuruk, tapi sekarang jadi motivasiku buat jadi orang yang tegar.

****

Ketika aku SD kelas 4, aku adalah anak yang cupu2, aku sering di intimidasi, bahkan sama guruku sendiri, sampe akhirnya aku naik ke kelas 5, aku pun mencoba bergaul, aku belajar dandan, belajar sopan, alhasil aku bisa dapat teman, tapi ternyata temanku semua memiliki hati yang busuk, mereka mencoba menjatuhkan aku, disitu aku merasa sedih, dan aku jadi anak yang pendiam, hal ini sempat membuat ibuku khawatir dengan perubahan sikapku, ketika aku dikamar, ibu pun masuk ke kamarku dengan ekspresi wajah sedih.

“Cin, kamu kenapa ? kok sekarang diem gitu, cerita dong.”
“Apa sih ma, Cindy lagi mau sendiri nih.” Jawabku lemas.
“Tapi jangan diem terus dong, udah seminggu kamu diem terus, kan rumah jadi sepi.”
“Aduh mama, Cindy nih capek.” Muka lesu tertutup guling.
Tubuhku digoncang dan dengan nada memaksa mama mengatakan “Iya kamu capek kenapa nak, cerita lah, kalau kamu gak cerita mama gak akan pergi dari sini.”
“Ya ampun ma, iya deh Cindy bakalan cerita.”
“Nah gitu dong, ayo cerita.”
“Jadi disekolah Cindy tuh sering di kucilkan, terus Cindy sering di olok-olok ma, katanya Cindy tuh item permanen, rabun kayak mukanya, ya gitu-gitu deh ma.”
“Astaga, tega banget, kurang asem emang.”
“Bukan kurang asem ma, tapi kurang waras.” Sahutku kesal.
“Hmm, terserah lah. Gini aja, waktu nanti kamu kelas 6, kamu harus balas dendam.”
“Caranya ?.”
“Ya kamu harus bejalar keras, ikut tryout di mana-mana, terus kamu harus tetep aktif di kelas walapun kamu di olok-olok temen kamu, soalnya guru kamu pasti bakalan seneng karena kamu aktif di pelajarannya, gimana ? mau gak balas dendam ala mama.”

“Wah, ide bagus ma, kalau gitu Cindy akan tunggu waktunya dan mulai balas dendam.” Jawabku penuh semangat.
Mama menarik tanganku “Nah, itu baru anak mama, semangat Cin, kalau gitu ayo kita makan malam.”
“Oke ma, ayo.” Semangatku kembali seutuhnya.

Sampai akhirnya aku naik ke kelas 6, dan disini lah akhir dari penderitaanku, aku berusaha balas dendam ke tikus-tikus (baca:teman dan guru). Aku terus belajar, walau aku selalu sendiri aku pun tetap tegar, tidak ada cinta dan kasih sayang untukku, tapi tekadku buat balas dendam masih membara.

Ketika UNAS, dengan percaya diri aku mengerjakan semua soal secara jujur, dan ketika para tikus itu mencoba tanya kepadaku, aku sesat-in jawabannya, dan dari situ lah aku balajar licik dan kejam, alhasil aku bisa jadi peringkat pertama dengan nilai UNAS 28,45 betapa bangganya aku karena bisa membuat semua orang yang pernah mengucilkan dan mengkhianati aku akhirnya tersepona, eeh terpesona ku pada pandangan pertama (kok malah nyanyi, bodo ah). Ya, dengan bangga aku mempersembahkan keberhasilanku kepada ibu.

Sesampainya di rumah, aku langsung memeluk ibu “Mamaaaa aku dapet peringkat satu nilai UNAS tertinggi nih.”
“Alhamdulillah, gimana reaksi temen-temen dan guru kamu itu ?.”
“Wadaw ma, kaget sampe hampir stroke ma.”
“Segitunya ?.”
“Abisnya kagetnya itu gak wajar ma, dan pastinya aku bisa ketawa kejam ma.”
“Bagus, semoga setelah ini kamu gak akan ketemu orang yang kayak mereka lagi.” Sahut dengan jempol yang diarahkan kepadaku.
“Amin ma, amin, makasih atas motivasi nya, Cindy sayang mama.”
“Mama juga sayang.” Kami berdua berpelukan sudah seperti teletubbis.

****

Ketika aku SMP hingga ke SMA, aku gak pernah lagi jadi bahan bullying karena aku sudah tahu teknik supaya aku gak jadi sasaran bully. Jadi berkat para tikusku terdahulu, aku sangat berterimakasih, karena berkat mereka aku jadi orang yang tegar dan tahan terhadap hinaan apapun dan tahu cara mengatasinya. Seiring berjalannya waktu perlahan apa yang aku harapkan akhirnya terwujud, yaitu merdeka dari bullying, bisa bebas dari tindakan yang merendahkan martabat seseorang.

Sekarang aku adalah seseorang yang memotivasi adik-adikku agar bisa melawan seseorang tanpa harus merendahkannya, ketika kita bersabar, maka akan ada buah dari hasil bersabar tersebut, dan kita harus berani melawan ketika kita udah merasa gak nyaman, hidup ini adalah milik kita dan kita berhak mendapatkan kebebasan kita karena hidup kita bukan hidup orang lain.

END

1 Pendek
2 Culun punya

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop