Emansipasi Dalam Kultur Budaya

Oleh: Syahroni, Putri

Ditengah derasnya seruan untuk terealisasinya emansipasi wanita, terkadang mereka lupa esensi dari emansipasi itu sendiri. Apakah emansipasi wanita hanyalah persamaan hak dan kewajiban antara Pria dan Wanita atau bahkan derajat seorang wanita kedudukannya sama dengan pria? Jika memang itu emansipasi wanita yang mereka maksud, alangkah sempitnya makna dari emansipasi. Bukankah pria yang ingin menjaga kehormatan dan martabat seorang wanita adalah sebuah implementasi dari emansipasi yang sesungguhnya ?. Begitu banyak wanita yang ingin mencapai puncak prestasi yang tertinggi bahkan ingin melampaui seorang lelaki dengan dalih pria dan wanita mempunyai kemampuan yang sama. Jika dilihat, memang berkarir dan mengejar prestasi adalah hak semua orang baik itu pria maupun wanita, hanya saja pria dan wanita harus senantiasa sadar akan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Jika ada seorang suami yang melarang istrinya bekerja atau terlalu sibuk berkarir diluar rumah bukan berarti dia membatasi emansipasi. Justru karena wanita dianggap sangat terhormat maka seorang suami berkewajiban menjaga kehormatan istrinya. Saya teringat salah satu tulisan kawan saya “ Permata Bukanlah Baja ”. Seperti halnya permata, dia memang sangat indah tapi tidak sekuat baja, dia memang berharga tapi tidak sekokoh baja. Untuk itu demi utuhnya estetika sebuah permata perlu baja yang bertindak sebagai taming yang melindunginya. Dengan demikian bukan berarti wanita dianggap lemah, perlindungan seperti itu adalah upaya untuk menjaga keindahan seorang wanita, karena wanita itu berharga tidak heran jika di Madura dari sekian banyak lembaga survei menyatakan sebagian besar penyebab carok dan perkelahian adalah masalah wanita. Bukankah sudah jelas jika di Madura kedudukan seorang wanita sangat dijunjung tinggi, kehormatan seorang wanita adalah kehormatan seorang pria bagi orang Madura, yang harus dilindungi dan dipertahankan meski harus mati tergores tajamnya celurit.

Di Madura bahkan ada istilah “ reng binik kennangah neng pek ampek, reng lakek kennangah neng embong ” (orang perempuan tempatnya dirumah, orang laki-laki tempatnya dijalan/mencari nafkah). Sekali lagi itu bukan untuk membatasi ruang gerak wanita, hal itu dilakukan untuk melindungi seorang wanita. Bukankah itu emansipasi yang sesungguhnya? Dihargai dan dilindungi. Bukan berarti wanita Madura semuanya tidak bekerja, mereka justru ketika disawah tidak bisa dibedakan mana pria mana wanita, semua sama tangkasnya dalam bekerja, namun mereka tetap sadar akan kewajiban sebagai istri. Jika kita melihat tingginya angka perceraian sebagian besar penyebab keretakan hubungan rumah tangga adalah faktor ekonomi, entah itu karena suami kurang mampu menafkahi istri atau justru istri merasa lebih mampu dalam hal finansial sehingga dia berani dan menganggap tanpa seorang suamipun dia tidak akan mati kelaparan. Yang terakhir ini adalah yang paling berbahaya. Emansipasi sudah salah diartikan, sudah menjadi alat bagi wanita untuk menguasai. Emansipasi merupakan sarana untuk melindungi hak seorang wanita yaitu hak untuk dihormati dan dilindungi, bukan malah dijadikan senjata untuk bersaing apalagi menjatuhkan.

Tanpa digembar gemborkan emansipasi sudah benar-benar terealisasi sejak masa perjuangan bangsa ini. Bisa kita ingat betapa Cut Nyak Dien dengan gagahnya mengangkat senjata agar haknya sebagai wanita dan bangsanya yang harus merdeka tidak diperkosa. Adalagi seorang gadis jepara meskipun tidak dengan senjata, hanya berbekal pena dan tindakan nyata dia menggebu-gebu untuk menyadarkan dunia bahwa wanita itu ada dan harus dihormati segala haknya. Wanita modern alangkah baiknya banyak belajar dari mereka, bahwasanya emansipasi bukan hanya kedudukan yang sama rata di dunia kerja, emansipasi lebih luas dari pada hanya urusan kerja. Semua orang mempunyai hak untuk pendidikan baik pria atau wanita, pendidikan yang baik bukan hanya untuk bersaing didunia kerja. Bagi wanita pendidikan justru lebih penting, karena dengan kebijaksanaannya akan menjadikan anak-anak yang lahir dari rahimnya berpengetahuan lebih luas dan tentunya akan lebih berguna dari pada hanya di orientasikan untuk bekerja. Kenapa harus merasa rugi ketika setelah menempuh pendidikan tinggi hanya menjadi ibu rumah tangga? Takut orang tua kecewa karena sudah membiayai? Percayalah segala sesuatu yang di dapat selama proses menempuh pendidikan manfaatnya akan jauh lebih terasa ketika seorang ibu sukses menjadi tenaga pendidik pertama bagi anak-anaknya. Ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas.

Dunia modern dewasa ini atau mungkin yang akan datang memang sangat membutuhkan peran seorang wanita. Banyak lembaga baik di pemerintahan maupun swasta bahkan telah memberi ruang khusus bagi wanita untuk mengekspresikan dirinya. Pekerjaan-pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh kaum pria kini telah dijamah oleh wanita, sejalan dengan itu memang ambisi wanita modern untuk mencapai kedudukan yang sama semakin kuat adanya. Wanita memang mempunyai hak yang sama, tapi jika menuntut sepenuhnya untuk diperlakukan sama dengan halnya pria tentu tidak dapat dibenarkan. Apa jadinya jika dalam satu keluarga suami dan istrinya sama-sama bekerja dengan jam kerja yang sama pula, dirumah anak-anaknya dibiarkan tanpa pengawasan, sedangkan tugas utama orang tua bukan hanya menafkahi namun juga mengawasi. Disinilah peran seorang wanita sangat dibutuhkan untuk memberi sentuhan hangat bagi keluarga terutama anak-anaknya. Seandainya ibu mereka tidak ada dirumah, lantas siapa yang akan mendengarkan cerita mereka selama disekolah, siapa yang akan mereka temui ketika sampai dirumah? Jika dirumah mereka tidak bisa menemui siapa-siapa maka bukan salah anaknya jika mereka mencari suasana yang mereka anggap lebih hangat dari keluarga, dan itu tentunya belum pasti baik bagi mereka. Kualitas generasi muda sedikit banyak tergantung dari ligkungan keluarga terutama peran orang tua.

Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwasanya seorang wanita sejatinya justru berperan sangat atau lebih penting dari pria, karena wanita mempunyai tugas ganda. Wanita sudah ditakdirkan untuk mempunyai keistimewaannya sendiri, jadi untuk apa ingin disamakan dengan pria.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop