Dilema Memilih Konsentrasi, Beberapa Pertimbangan Untuk Mahasiswa Semester 5

Saya Mahasiswa Manajemen semester 5, dan saya dilema memilih konsentrasi antara pemasaran atau MSDM.

Derita mahasiswa tanpa planning jangka panjang dan menjunjung tinggi motto “yang penting nggak ngulang di semester berikutnya” adalah ketika dihadapkan sebuah dilema memilih konsentrasi jurusan. Sedangkan bagi mahasiswa yang segalanya terencana tanpa meninggalkan noda kotor setitikpun, memilih konsentrasi menjadi sebuah pijakan yang jauh-jauh hari sudah dicanangkan secara matang, rapi dan terstruktur ala-ala tokoh profesor dalam series Money heist.

Memilih konsentrasi jurusan dalam perkuliahan rasanya menjadi hal yang sangat vital dan sangat sangat afdhol demi menunjang prospek karier seperti apa yang didambakan setelah lulus nanti. Meskipun hal ini bukan menjadi patokan dasar, bakal calon perusahaan berdasarkan kualifikasi tersebut.

Toh HRD akan prefer menyeleksi berdasarkan skill dan kemampuan daripada background para pelamar kerja kan ?

Namun, bagi saya memilih konsentrasi yang tepat merupakan satu langkah lebih maju, disamping kita bisa belajar lebih spesifik konsen yang kita ambil nantinya, kita juga fokus memperdalam khazanah keilmuan kita dari hal yang paling dasar sekalipun, hal yang mungkin saja sangat fundamental dan pada kenyataanya justru hal tersebut merupakan solusi atas segala keganjilan ya kan. Hahaha

Ya semoga dan mari dibasmallahi saja.

Terlepas dari itu, saya mulai berpikir dan berandai-andai satu tahun lebih maju dari kalian. Tentang bagaimana kalau saya mengambil konsen ini ya? apa yang terjadi ketika saya masuk pada tahapan ini ya? Untuk topik sendiri bagaimana ya? Dan masih banyak lagi saya rasa pemikiran-pemikiran liar saya saat itu.

Meskipun teman saya heran dengan apa yang saya lakukan, dan berkata “kok wis dipikir sih, Mikir sok wae nek wis semester 7” sambil mringis-mringis gaya mengejek gitulah.

Nah setelah berbagai macam pikiran yang sangat berkecamuk ditambah mendengar lagu ala-ala tiktok “ketika urip terasa abot” di snap WA. Saya memutuskan membawa pikiran ini di warung kopi rumahan sederhana, berharap ada secercah hikmah yang bisa saya jadikan dalih di pelataran itu juga.

Selang beberapa waktu, saya sudah sampai pada pemahaman melalui beberapa pertimbangan atas dilema ini. Dan saya sudah madep mantep bahwa keputusan saya ini sesuai ekspektasi dan kemampuan saya kedepannya.

Kalian mahasiswa semester 5 yang sedang dilema memilih konsentrasi, tidak usah mengikuti saya dengan pergi ke warung kopi dengan dalih dapat pencerahan ya, itu fetish pribadi saya ketika dihadapkan pada situasi sulit menurut saya semacam ini. Hehehe.

Lebih baik pertimbangkan dengan cara-cara ini

Konsultasikan dengan keluarga, teman alumni atau dosen

Pertama kalian harus konsultasi masalah ini kepada keluarga, mengingat titik awal dan akhir kalian memiliki banyak pengaruh kepada mereka, tanyakan bagaimana kalau kalian mengambil ini, manakah yang lebih baik antara a atau b, atau apakah mereka mendukung dengan pilihan kalian. Yang secara garis besar peran mereka memiliki sumbangsih besar sesuai berjalannya waktu, dari yang terlihat ataupun tidak terlihat seperti doa mereka misalnya, yang sanggup menggetarkan alam Arsy.

Selanjutnya, konsultasikan kepada teman alumni kalian yang sudah pernah merasakan pola-pola situasi seperti ini. Karena mereka sudah berpengalaman dan menyelesaikan studi mereka, no problem lah menginvestasikan sedikit pengalaman mereka ketika menjadi mahasiswa dengan predikat kata semester tua.

Dan seterusnya, konsultasikan pada dosen kalian. Terutama pada dosen yang menangani konsen tertentu, ya meskipun saya rasa mereka cenderung tidak ambil pusing dengan pilihan mahasiswanya, setidaknya kalian sedikit banyak mendapati gambaran kasar berkenaan dengan konsen itu kedepannya.

Manfaatkan ilmu magis dari media sosial anda

Minta saran dan masukan dari teman virtual anda. Meskipun pertimbangan ini sedikit agak terdengar nyeleneh, apa salahnya meminta saran atau masukan dari mereka. Ini hal yang saya lakukan selanjutnya, dengan memanfaatkan fitur menfess di twitter, Saya mengirim pesan anonim pada akun twitter menfess, dengan tujuan meminta pandangan mereka terkait prospek kerja yang lebih baik antara konsen a atau b. Dan masukan-masukan mereka banyak juga yang menjadi pertimbangan saya, walaupun ada juga sedikit masukan yang membuat saya tersentak. Kira-kira seperti ini “Kalo buat prospek kerja ngapain bingung, ya banyakin koneksi orang dalem lah apalagi.” Hahaha.

Melakukan pengamatan sendiri

Nah, ini juga merupakan poin yang tak kalah penting dalam memilih konsentrasi. Kita dituntut harus bersikap skeptis mengenali fenomena-fenomena yang ada belakangan ini. Membaca keadaan yang sedang ramai diperbincangkan, menemukan peluang sekecil mungkin untuk bisa survive dengan pilihan yang tepat. Termasuk mengamati laju tren saat ini, seberapa tinggi permintaan lapangan kerja dengan ilmu ini, dan jangan lupa mencari perbandingan data lulusan tahun kemarin dengan keketatan persaingannya juga, ini penting untuk dijadikan dasar.

Berkaca pada nilai KHS semester sebelumnya

Yang terakhir, maksimalkan pilihanmu sesuai dengan tingkat kemampuanmu. Berkacalah pada nilai semester sebelumnya, kalau nilai kalian tidak memuaskan pada matkul yang bersinggungan pada konsen ini, Yasudah jangan ambil bidang ini. Toh, nantinya malah akan membuat kesulitan menerima kedepannya. Sewajarnya saja, pilih konsen yang membuat kalian merasa tidak insecure, tidak merasa terbebani dengan materi-materinya dan sesuai dengan taraf kemampuan diri anda. Jangan dipaksakan, Pamor Indonesia sudah terlalu jelek, tidak usah menambahnya dengan menaikkan angka kematian akibat bunuh diri.

 

Penulis : Muhammad Zaki Wahyudi

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura.

Program Studi Manajemen.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop