PKL Perdana yang Kurang Matang Resahkan Mahasiswa

Praktek kerja lapang (PKL) yang baru pertama kali dilaksanakan Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura membuat mahasiswa kebingungan lantaran konsep yang kurang matang.

PKL Program Studi (Prodi) Manajemen sebenarnya sudah ada dari tahun-tahun sebelumnya, hanya saja ada perbedaan dalam hal teknis. Jika pelaksanaan PKL ditahun-tahun sebelumnya dibebaskan dari beban SKS sehingga sifatnya tidak wajib, namun untuk pelaksanaan tahun ini diwajibkan dan memiliki bobot 2 SKS. Selain itu, jika tahun-tahun sebelumnya PKL dilaksanakan individu karena sifatnya yang tidak wajib, untuk PKL di tahun ini dilaksanakan per kelompok dimana satu kelompok diisi oleh 15 mahasiswa yang setiap kelompok dibimbing oleh satu dosen pembimbing. Di dalam satu kelompok yang berisi 15 mahasiswa itu dibagi lagi menjadi 3 sub kelompok yang masing-masing berisi 5 mahasiswa dan dari setiap kelompok harus PKL di 3 perusahaan yang berbeda.

Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Jurusan (Kajur) Manajemen bahwasanya program PKL ini bertujuan agar mampu menjadikan mahasiswa lebih mengenal dunia kerja dan memiliki wawasan yang lebih luas, karena sudah pasti sebagian besar mahasiswa setelah lulus pasti ingin segera bekerja. Maka dari itu PKL diwajibkan agar lulusan S1 Manajemen mendapat peluang usaha dari adanya program PKL. “ PKL ini bertujuan untuk mengenalkan dunia kerja sehingga mahasiswa memiliki wawasan lebih karena 99% mahasiswa akan mengharapkan mempunyai kerja setelah kuliah, maka dari itu  dengan diwajibkannya PKL ini kami berharap agar lulusan S1 manajemen mendapat peluang usaha dari pengalaman PKL tersebut,” tutur Dosen Prodi S1 Manajemen tersebut.

Ungkapan lain mengenai PKL datang dari Bapak Arif selaku Kepala Prodi (Kaprodi) S1 Manajemen yang mengatakan bahwa program PKL seperti ini adalah sesuatu yang baru di Prodi Manajeman, untuk itu lebih baik dijalankan saja dulu, Prodi juga sudah menyiapkan tempat-tempat PKL sebagai antisipasi jika mahasiswa tidak mendapatkan tempat untuk PKL, “ Kami berusaha menyiapkan tempat-tempat yang bisa ditempatkan oleh mahasiswa PKL S1 manajemen dan kita memperbolehkan mahasiswa untuk mencari tempat PKL sendiri sesuai dengan keinginannya, tetapi harus ada verifikasi seperti keaktifan tempatnya jika dikoperasi dan lain sebagainya”. Ungkapnya.

Namun hingga berita ini ditulis (26/11/2018), masih banyak kelompok yang belum mendapatkan tempat untuk PKL, mereka yang belum mendapatkan tempat mengatakan alasan ditolaknya permohonan magangnya karena pengajuannya yang sangat mepet, sehingga mahasiswa dari Prodi Manajemen UTM kalah cepat dengan mahasiswa kampus lain atau bahkan siswa SMK yang sudah mengajukan surat permohonan sejak jauh-jauh hari. Terlambatnya surat permohonan magang dari Mahasiswa Prodi Manajemen UTM juga karena persiapan dari prodi yang kurang matang, bahkan pembekalan PKL dilakukan H-3 bulan menjelang pelaksanaan magang. Mahasiswa mengaku kesulitan bergerak cepat karena informasi yang diberikan saat itu juga kurang jelas dan yang disampaikan antara dosen pembimbing satu dan lainnya sering berbeda.

Terlepas dari tujuan dan maksud dari dosen serta kaprodi S1 Manajeman yang begitu luhur ini, masih saja sebagian besar mahasiswa S1 Manajemen mengeluhkan masalah tempat serta konsep dari PKL tersebut, tempat PKL yang katanya disediakan oleh Prodi juga belum terlalu jelas seperti apa lebih tepatnya tempat itu, sebagian mahasiswa mendapat penjelasan dari dosen pembimbingnya bahwa tempat yang disediakan oleh Prodi berupa koperasi, jika yang disediakan Prodi adalah koperasi mahasiswa banyak yang menyayangkan karena di Koperasi mereka merasa akan lebih minim pengalaman yang didapatkan. “ Adanya kurikulum PKL ini membuat mahasiswa bingung, ketidaksamaan informasi dari dosen pembimbing membuat mahasiswa bingung untuk mencari tempat PKL karena sebagian dosen pembimbing memperbolehkan PKL daerah madura, sedangkan beberapa dosen pembimbing lainnya meminta untuk diluar madura”. Ujar salah satu mahasiswa PKL yang tidak mau disebutkan namanya.

Seorang mahasiswa Manajemen yang juga menolak disebutkan namanya mengatakan, awalnya kami senang dengan adanya program PKL karena kami bisa menambah wawasan dan pengalaman dalam dunia kerja yang sesungguhnya, tapi  karena konsepnya yang dirasakan sangat tidak matang dan mekanismenya selalu berubah-ubah membuat mahasiswa semakin resah. Dirinya bahkan mengaku bahwa program ini seperti coba-coba dan kurang serius. “ Persiapan PKL sangat mepet dan tidak jelas, kami merasa kesulitan dan saya rasa jika tetap seperti ini kami seperti kelinci percobaan,” Ujarnya.

Sementara untuk menjawab keresahan dari mahasiswanya, Kajur Manajemen mengatakan bahwa mahasiswa belum tahu manfaat sesungguhnya dari diadakannya program PKL, sehingga diadakannya Program ini malah menjadi Beban bagi mereka. Pihaknya juga mengatakan bahwa konsep PKL ini tidak dilepas begitu saja, dari Prodi sudah melakukan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan motivasi, dan evaluasi serta controlling  untuk mengetahui program ini dilaksanakan sungguh-sungguh atau tidak. “Ketidaktahuan mahasiswa mengenai konsep tersebut membuat mahasiswa kesulitan dan menjadikan PKL sebagai beban bukan pengalaman yang akan membuat peluang pekerjaan baginya”. Pungkasnya. #Mfr/llk

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop