Melihat Kembali Kebelakang, Aksi Bela Islam

Opini Lpm Inkams

Opini – Tentu saja untuk membuat sebuah opini harus menggunakan sudut pandang yang jelas dan disertai dengan berbagai fakta-fakta yang ada, dimana kebenaran harus se-obyektif mungkin untuk menanggapi berbagai polemik. Karena iklim yang begitu pelik serta banyak kasus yang berhubungan, maka ketika mencuat sebuah isu maka akan muncul isu baru. Permasalahan ini ibarat sebuah gunung es di laut, sementara dibawahnya masih ada gunung yang lebih besar.

Saat ini saya ingin melihat sudung pandang dari peserta aksi 411 dan 212 yang melibatkan sederet tokoh besar bahkan jutaan umat manusia yang membanjiri Jakarta kala itu. Gerombolan masa tersebut terdiri dari berbagai daerah di nusantara, aksi tersebut juga menjadi tranding topic dan mendapat dukungan dari berbagai kaum muslimin serta mendapat sorotan dari seluruh dunia.

Ust Felix Y Siaw dalam ceramah melalui beberapa akun SNSnya berkata dan menekankan bahwasannya aksi tersebut murni karena panggilan Aqidah. Adapun kesalahpahaman adalah dari orang-orang yang selalu mengaitkan aksi tersebut pada politik praktis atau money politik. Selain itu Ust Felix Y Siaw mengatakan adanya kegagalan fokus terhadap gerakan umat, karena ini masalah hati umat yang terluka bukan karena Allah butuh di bela, tapi lebih kepada untuk menunjukkan keberpihakan. Terang dan tegas Ust Felix Y Siaw, bermodalkan kepercayaan bahwa janji Allah pasti benar.

Dari ceramah Habib Rizieq Sihab seorang imam besar dari Front Pembela Islam(FPI) mengatakan bahwa umat muslim harus meninggikan Al-Qur’an dari pada konstitusi buatan manusia yang sifatnya dinamis, sedangkan Al-Qur’an merupakan kitab yang berlaku hingga akhir zaman.

Manusia yang datang jumlahnya mencapai sekitar 7 juta umat menggunakan perhitungan Google Map. Salah satu akun berinisial “ad” mengatakan “gua bukan orang jakarta, gua ga suka politik, tapi gua ga’ terima alquran di hina”. Dalam postingan undangan terbuka aksi tersebut bisa dipastikan juga bahwa banyak sekali pesantren yang menggerakkan santrinya untuk meramaikan aksi tersebut salah satunya yang membuat hati mengharu biru yaitu adalah peserta aksi 212 dari Ciamis yang longmarch sekian ratus kilometer karena bis diboikot tanpa keterangan yang jelas.

Saya mungkin tidak tau pasti apakah perbuatan tersangka penistaan agama itu sengaja atau tidak, tapi yang pasti tidak ada yang bisa berbuat apa-apa ketika sekian umat islam di Indonesia marah, karena menurut mereka kata “pakai atau tidak pakai” itu tidaklah penting. Urusan politik atau tidak itu tidak pula penting, yang penting disini adalah masalah aqidah dan sebagian orang berkata “masalahnya dilarut-larutkan dan mengatakan bahwa perbutan si penista ini bukan masalah penistaan al-qur’an tapi masalah politik dan ada oknum dibalik kepentingan ini, seolah mereka mengenyampingkan al qur’an”.

Aa’ gym pun dalam hitam putih mengatakan “penista ini menjadi pemimpin dinegara ini tidak masalah, tapi mengatakan dibodoh-bodohi atau di tipu pakek ini, dia sudah mengatakan sesuatu yang bukan lagi di wilayahnya”

Tapi bukan juga ini salah umat islam yang suka sensitif karena dalam alqur’an pun tuhan mereka menyeru “barang siapa menjadi penolong agama Allah maka Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya di dunia”.

Berbagai insidenpun terjadi pasca kejadian 212 dan 411, mulai dari adanya provokator aksi 411 yang menyebabkan kerusuhan sehingga beberapa ulama masuk rumah sakit karena disemprot gas airmata, pemboikotan Sari Roti karena pernyataan PT. Sari Roti yang tidak ikut ikutan aksi 212. Serta mulai dari peserta anak kecil, tuna rungu dan tuna netra, keterbelakangan mental, bahkan kakek-kakek yang sudah tua renta dengan mengatakan keikutsertaan dalam aksi tersebut merupakan sebuah panggilan hati.

saya tidak sanggup menyalahkan umat yang punya sesuatu untuk mereka lindungi, walau mereka suka sensitif akan berbagai hal dan banyak mengatakan bahwa ini perbuatan ke kanak-kanakan tapi ketika ulama, aqidah dan ukhuwah menyeru maka tidak ada kata tidak selain sami’na waatho’na (kami dengar dan kami taat).

Mungkin si tersangka penista ini tidak sengaja karena sebelum pidatonya dipulau seribu ada seorang ibu dari lombok mengatakan begini, “kamu kerjanya bagus aku suka kamu, tapi aku gak bisa pilih kamu karena dalam surat Al-Maidah ayat 51 diharamkan pemimpin kafir, nanti aku masuk neraka” mungkin ini cikal bakal dari terjadinya pidato yang sampai si tersangka penista keceplosan dan berdampak pada aksi besar-besaran umat islam.#C3/y1

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop