Independensi Tanpa Kompromi, Harga Mati

Opini Lpm Inkams

Opini – Akhir-akhir ini media sosial sedang dihebohkan dengan munculnya berbagi berita sampah. Sebenarnya jika dipahami lebih jauh, ini bukan kali pertama berita-berita sampah tersebut muncul. Berita-berita sampah tersebut sebenarnya sudah muncul ditengah-tengah masyarakat dari bertahun-tahun lamanya, namun masih dipoles bersih dan rapi dengan topeng-topen independen. Memang jika ditelusuri belum ada kajian yang jelas mengena pengertian berita sampah tersebut. Berdasarkan paham dan analisi, berita sampah merupakan berita yang tidak memiliki nilai, hal ini bukan dilihat dari sisi matrealistisnya, tetapi lebih pada pemilihan bobot dan keputusan serta pengawalan terhadap isu-isu nasional yang dianggap penting dan berdampak menyeluruh terhadap masyarakat umum. Dan yang lebih jauh dan parah adalah menjual sifat/sikap independensinya yang seharusnya tanpa kompromi.

Tidak tanggung-tanggung antek-anteknya dari penyebaran berita-berita sampah tersebut adalah media-media besar baik media informasi langsung (Televisi) maupun media percetakan (Koran), dan media lainya. Berita ini merambah seperti alar tanaman (tanaman yang merambat/menjalar), apabila kena satu maka akan merambat ke semuanya, jika pondasinya tidak tanggung (kuat) maka akan merobohkan si tuan oleh alar. Berita sampah sekarang udah masuk dalam tren modern yaitu melalui dunia maya seperti Facebook (FB), Instagam (IG), Twitter, WhatsApp, Blog, dan lain-lain. Berita sampah itu langsung merampat secepat kilat karena bersisipan langsung dengan dunia fantasi. Jika terkena virus ini maka orang akan kaku dan lesu, Lunturnya budi pekerti dan hilangnya hati nurani.

Padahal budi dan hati nurani adalah hal yang terpenting dalam ketegaran seseorang agar mampu lolos dan tidak terpenjara dalam kemudaratan. Kata orang tua benar “jika orang hatinya busuk, tamatlah dia” hal itupun benar karena penyakit paling ganas adalah penyakit hati. Jempol dan like seakan tak bisa dihentikan, meng-iyakan semua info tanpa tengok orang sekitar. Hal inilah yang akan menghapus keperdulian dan persahabatan. Sayangnya cikuk bikuk ini bagaikan angin lewat, kebenaran yang seharusnya menjadi benteng tembok yang kokoh bagi setiap orang, saat ini sudah mulai bisa diperjual belikan, dimana yang benar dapat disalahkan serta mencari berbagai alasan supaya yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan.

“Allah akan melaknat bagi mereka yang memiliki hati busuk, ingat kita semua adalah saudara jadi janganlah kamu saling mencaci, memaki dan membenci, karena sesungguhnya hal itu amat paling dibenci tuhan”, Kata  ini mungkin cocok untuk realita bobroknya media masa sekarang ini. Petikan kata ini bukan bermaksud untuk membatasi ruang gerak jurnalis di negeri ini. Namun sebaliknya, yakni untuk mengembalikan sifat/sikap independensi tanpa kompromi, dimana media bukan lagi menjadi antek-antek partai politik untuk saling menjatuhkan satu sama lain lawan mereka. Tetapi lebih kepada fungsinya yakni sebagai media informasi yang memberitahukan apa yang memang benar dan apa yang memang salah tanpa harus berkompromi.

Media sebagai sarana informasi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap opini ataupun stigma sosial yang timbul dikalangan masyarakat. Mereka (media) bisa membolak balikan fakta dan mencoba mengalih isukan informasi-informasi penting dengan informasi-informasi kacangan, ketidak peka-an media saat ini dalam mengawal isu-isu penting menjadikan informasi yang ada menjadi kacau dan runyam. Jika hal ini terus dibiarkan berlatur-larut tanpa adanya penyelesaian yang jelas, maka tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan semakin banyak berjatuhannya korban dikalangan masyarakat, yakni mereka yang mengedepankan asas kebenaran diatas segala hal. Mereka mati dan terasingkan, dibunuh dan dilupakan oleh kejamnya gorasan pena emas dari si tuan pencabut kebebasan.

Meskipun demikian, saya menyadari bahwasanya tidak dapat dipukul rata mengenai permasalahan tersebut. Saya percaya bahwasanya masih ada media-media yang memegang teguh sifat/sikap indepensi tanpa kompromi. Mereka yang masih bertahan meski menjadi minoritas dan kadang tersingkirkan, memulai proses dari bawah menyokong informasi yang sedemikian rupa, tidak terlalu nampak tapi berkualitas. Jatuh jungkir balik berkali-kali namun tetap bangkit kembali. Mereka adalah pena-pena emas yang sesungguhnya, menyadarkan lawan menjadi kawan, menunggu bersatunya teman seperjuangan untuk membuat suatu gerakan. Mengedepankan asas-asas kebenaran tanpa kepentingan. Kerap saya dengar kata-kata mutiara “Hati ini tidaklah dua, jika dua rungkuklah kita” artinya hidup itu harus punya pandangan dan komitmen yang jelas, jangan mau untuk diperbudak oleh ketidak benaran kaum-kaum berkepentingan. #c4/y1

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop