A Tale of Two Cities

A Tale of Two Cities, karya Charles Dickens

Resensi – Inggris abad 17, kisah dua kota mengisahkan bagaimana kehidupan masyarakat Prancis sebelum dan sesudah Revolusi Prancis. Lebih spesifik lagi, tentang Dokter Manette korban kekejaman bangsawan Prancis dipenjara bastille dan kisah cinta anaknya yang bernama Lucie Manette dengan Charles Darnay bangsawan pelarian Prancis.

Buku ini adalah terlaris pada zaman-nya terjual lebih dari dua ratus juta exemplar di seluruh dunia. “A Tale of two cities” adalah novel terlaris sepanjang masa di terjemahkan lebih dari 250 bahasa termasuk huruf braille untuk novel ini. Bangga sekali bisa menikmati karya Charles Dickens sang masterpiece plot yang kompleks dengan menggunakan kontradiksi, mempertentangkan situasi yang terjadi antar dua Negara pada masa itu, Inggris yang taat hukum dan Prancis yang feudal. Walau sudah 200-an tahun berlalu buku ini masih ada di rak–rak toko buku.

Kita di ajak untuk melihat kehidupan masyarakat Prancis yang terbagi antara kaum proletan dan kaum borjuis. Dalam novel tersebut diceritakan kala itu bangsawan di Prancis  memerintah secara sewenang–wenang dan menyengsarakan rakyat, kesejahteraan bangsawan diletakkan diatas segalanya, sedangkan rakyat kecil dianggap hanya tidak lebih dari pada sampah. Rakyat di suruh membayar pajak dengan jumlah yang menggigit menekan dan setinggi langit dengan hidup serba melarat, sedangkan kaum bangsawan hidup dengan berfoya–foya menikmati pajak rakyat untuk memperkuat kekuasaannya dan mempertebal kocek sendiri dan berfikir bahwa dunia ini di ciptakan untuk memberikan-nya kesenangan, mereka para bangsawan tidak pernah memikirkan dan memiliki belas kasih terhadap rakyat jelata, penyesalan maupun rasa kemanusiaan dalam sikap mereka selama ini justru lebih meinginkan rakyat jelata itu enyah dari pandangannya layaknya sampah yang mengganggu kenyamanannya. Mereka tiada memiliki simpati maupun belas kasih kepada rakyat jelata itu.

Orang – orang ningrat itu sangat angkuh rakyat jelata yang membuat mereka geram dijarah habis habisan, memukuli rakyat kecil sampai ada yang terbunuh, para bangsawan juga sejak lama merenggut kesucian gadis–gadis petani. Dimata orang yang berderajat tinggi, rakyat jelata hanyalah anjing gembel, uang mereka di peras, bekerja tanpa bayaran dan dibuat melarat. Bahkan kalau pun mereka makan mereka makan dengan keadaan dan perasaan yang ketakutan, mereka akan mengunci seluruh pintu dan jendela karena saking ketakutannya makanan mereka di ambil dan di jarah. Sampai-sampai salah satu dari rakyat jelata itu berkata”melahirkan bayi di dunia ini adalah perbuatan keji, kami seharusnya berdoa supaya wanita–wanita kami mandul, dan keturunan kami lenyap”.

Sampai pada suatu titik rakyat mulai jenuh, muak dan tidak tahan lagi dengan serentak mereka bangkit dan melakukan revolusi mereka jalani dengan penuh keberanian untuk meruntuhkan tirani dari muka bumi. Para bangsawan diadili, dan di eksekusi langsung oleh rakyatnya sendiri penjara bastille yang digunakan sebagai symbol kekuasaan monarki diserbu rakyat sipil, ini adalah sejarah revolusi yang betul terjadi di akhir abad ke 18 sebuah perjuangan yang sangat dramatis. Kita pembaca diajak untuk terlibat dalam menikmati romantisme Revolusi Prancis dan terjun langsung dalam sejarah nyata revolusi terbesar di Eropa, di tulis brilian oleh Charles Dickens sang novelis lengendaris ini memang sanggup menyihir para pembaca bukan hanya sekendar untuk menjadi seorang pembaca dan penonton.

Dokter Manette korban kezaliman rezim yang telah digulingkan, korban narapidana penjara bastille, tanpa tau kesalahannya dikurung selama 18 tahun sampai kejiwaannya terganggu, sampai-sampai dia tidak tau kalau dia memiliki anak yang sudah tumbuh dewasa menjadi gadis cantik, elok rupawan nan baik budi luhurnya bernama Lucie Manette. Dokter Manette di kurung tanpa proses hukum yang jelas dan tidak pernah melalui proses pengadilan sampai pada akhirnya dia di bebaskan dan di bangun kan dari kuburnya (penjara bastille) oleh seorang sahabat bernama Mr.Lorry pemilik Bank Tellson.

Akhirnya Lucie Manette dipertemukan dengan ayahnya oleh Mr.Lorry dalam keadaan yang mengharu biru dan rasa tak percaya bahwa dia bertemu dengan ayahnya dalam keadaaan yang sangat memprihatinkan dalam segi fisik dan psikisnya yang pendiam karena otaknya masih tersisa kenangan mencekam dipenjara bastille.

Lucie Manette anak dari Dokter Manette di pertemukan dengan Charles darnay narapidana penjara old barley, Lucie sebagai saksi di \pengadilan dan penyelamat darnay Dari vonis terburuk yaitu hukuman mati yang hampir jatuh kedalam pelukan maut, karena tuduhan persekongkolan terdakwa dengan musuh negara. Karena melihat kepiawayan dan keberaniannya Lucie akhirnya Charles jatuh cinta, sehingga dia memberanikan dirinya untuk melamar Lucie. Walau berat hati Dokter Manette merestuinya tapi bak gayung bersambut akhir nya Lucie dan Charles menikah.

Sidney Carton yang membantu pelarian Charles Darnay sebagai pengacaranya juga mencintai Lucie, tapi walau pun begitu Carton sadar diri pada hidupnya yang serampangan, tidak memiliki tujuan dan suka mabuk-mabukan tidak pantas bersanding dengan Lucie yang hidupnya bertolak belakang dengan Carton, dia memilih memendam perasaaan nya.

Ada satu hal yang tidak diketahui oleh Lucie dari Charles, yakni bahwa sebenarnya Charles Darnay adalah seorang bangsawan Prancis yang beremigran ke Inggris karena kemuakan dinegrinya yang feudal, akhirnya nama asli Charles pun terungkap dan dia adalah mantan Marquis de Saint Evremonde, suatu ketika dia di panggil kembali ke negri asalnya untuk menyelamatkan seorang teman, Gabelle mantan pelayannya di paris. Tanpa mempertimbangkan bahaya yang akan mengancam dirinya sendiri kembali kenegaranya, tetapi dia malah di jebloskan ke penjara karena dosa masalalu ayahnya dan bahkan diancam hukuman mati kembali, namun berhasil dibebaskan karena pengaruh Dokter Manette. Tapi pada akhirnya dia dijebloskan kembali kepenjara dengan tuduhan yang berasal dari Defarge dan istrinya, dan sesuatu yang tidak dapat di prediksi yaitu Alexander Manette dokter sekaligus besannya sediri.

Dari keadaan yang simpang siur Charles Evremonde alias Darnay dicurigai dan digugat sebagai musuh republik, sebagai aristokrat dari salah satu keluarga tiran, golongan buangan Negara, yang pernah menggunakan kekuasaan mereka untuk menindas rakyat. Berdasarkan dekrit pengasingan bangsawan Darnay wajib dijatuhi hukuman mati. Dokter Manette bahkan yang masih mengumpulkan puing–puing ingatannya, tidak sadar bahwa dirinya pernah berurusan dengan bangsawan dengan lambang keluarga “E” yaitu Marquis de Saint Evremonde, dokter Manette pun tidak percaya atas gugatan itu, bahkan pernah tak percaya dan mengatakan “itu hanya tipu daya belaka” padahal dia adalah menantu yang dicintai oleh anaknya bahkan dirinya sehingga dia rela menyerahkan nyawanya untuk keselamatan Charles.

Tetapi gugatan itu sungguh nyata, bahkan di Bastille dokter Manette menulis surat yang dibacakan di pengadilan dengan sorak – sorai para penonton pengadilan yang bringas seperti menonton pertandingan gulat ataupun atraksi dan menyuarakan agar kepala Darnay segera di penggal oleh Guillotine (algojo wanita yang suka sekali mengasah pisau nya). Di gambarkan bahwa massa pada saat itu sangatlah menyeramkan mereka kelaparan, sikap mereka seperti binatang yang haus darah, perut kecil dan jari layaknya ranting pohon sangat kurus sekali tak bergizi tapi sangat bringas dan menakutkan. Ya, mereka adalah para peroboh tirani, monarki dan memenggal kepala bangsawan korup, penyerbu Bastille dan pemeran utama dalam revolusi terbesar di Eropa yaitu “Revolusi prancis”. Pada massa tersebut rakyat sangat suka menonton pengadilan para bangsawan yang kepalanya dipenggal. sepertinya mereka sudah di butakan dengan dendam bahkan menjadi kenikmatan tersendiri ketika melihat kepala–kepala itu di pegal dan di kumpulkan, setelah selesai acara pemenggalan tersebut mereka pulang dengan bangga hati, saling berpelukan antar mereka walaupun dalam keadaan lapar.

Saat itu pun Dokter Manette di tengah pengadilan menundukkan kepala, pucat pasi saat dibacakan suratnya ketika dia masih di penjara Bastille oleh pihak penggugat, sepenggal dari suratnya yang benar menandakan gugatanya terhadap Evremonde yaitu yang berbunyi “aku Alexander Manette dan seluruh keturunan mereka, tanpa terkecuali. Aku menggugat mereka di hadapan tuhan yang maha esa dan seluruh umat manusia….”.

Surat itu sengaja di sembunyikan oleh suami istri Defarge dan diungkapkan pada saat yang tepat. Darnay sangat terpukul sebab pengugatnya adalah seorang tokoh masyarakat yang berpengaruh besar, kerabatnya sendiri ayah dari istri yang dia cintai. Istri Defarge yaitu Madame Defarge adalah korban kekejaman dari keluarga Evremonde yang keluarganya terbunuh karena melakukan pembelaan diri terhadap penindasan, penjarahan dan korban penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh keluarga Evremonde. Dia adalah anak dari ayah, adik dari kakak laki–laki, adik dari kakak dari saudara perempuannya serta adik dari suami kakak perempuannya yang di bunuh secara tidak adil. Tidak ada yang bisa menghentikan Madame Defarge tentang dendam masalalunya, bahkan dia tidak peduli apakah darnay tau akan masalah itu, atau dia hanya menanggung dosa masalalu keluarganya, bahkan dia bukan hanya menginginkan kepala darnay di penggal tapi juga keluarga yang dimiliknya begitulah perangai Madame Defarge tak memiliki belas kasih  karena sejak kecil dia sudah menelan pil pahit ketidak adilan  dan merasakan kebencian kekalangan atas sejak kecil.

Darnay dikembalikan ke penjara Conciergerie untuk menunggu giliran kepalanya di penggal di penantian mautnya, di penjara itu rasa resah dia alami, keegoisan datang menghantui jika memikirkan nasib Lucie dan anaknya ketika mereka di tinggalkan oleh dirinya, tak lama berselang dia berfikir mati dengan seperti ini bukanlah sesuatu yang memalukan. Sangat banyak orang di hukum mati tanpa keadilan, tapi mereka menghadapi kematian dengan tegar setiap harinya, dan hal ini membesarkan hati Darnay.

Tapi saat Darnay mengalami keputusasaan di dalam penjara Conciergerie datang pertolongan dari seorang yang tak terduga pertolongan berlandaskan cinta, Sydney Carton yang dalam segi fisik sangat mirip dengan Darnay dia menyusup ke penjara tersebut dengan bantuan salah seorang sipir kenalannya mengganti baju Darnay dengan bajunya.

Begitulah kisah dua kota Charles dickens membubuhi novel ini dengan konflik yang sangat pelik, saling berhubungan dan penuh kontroversi sangat menarik untuk kalian yang jiwa mudanya masih bergelora, tapi bahasa sastranya cukup tinggi seperti kutipan “Mr. Lorry menggali kubur itu dengan kunc –kunci besarnya dan membangunkan mayat yang di kubur hidup–hidup selama 15th”. Maksudnya adalah Mr. Lorry membebaskan teman nya yang di kurung di Bastille selama 15th. pembaca tidak akan pernah berhenti penasaran seperti apakah ending nya, gaya penulisan yang puitis namun dengan gaya suram dan tragis.

Penggambaran sifat tokoh yang kontradiksi  seperti Darnay yang berpenampilan necis beremigran ke inggris karena menolak pemerintahan feodal di Negaranya. Sedangkan, Sydney Carton segi fisik mirip Darnay menghabiskan hidupnya dengan serampangan tapi rela mengorbankan nyawanya demi Darnay dan istrinya, Lucie gadis dambaan mereka berdua berbudi luhur, sedang Madam Defarge dengan sifat pendendam rakus suka merajut dalam diam tapi makna dari rajutannya sendiri adalah hitungan orang yang dipenggal dalam seharinya. Ya.., begitulah dia wanita yang haus darah dan suka menonton kepala para aristokrat di penggal, hal ini berbanding terbalik dengan Mrs.Pross yang penyayang tapi tangguh, Mrs.Pross perawat Lucie semenjak ayahnya di penjara di Bastille dan Mr.Lorry walaupun dia orang yang rasional dengan menyelesaikan masalah menurut untung rugi, orang bisnis dan tidak suka melibatkan perasaan, tapi dia masih mempunyai hati dan menyelamatkan kawannya yang sudah lama terkubur di penjara Bastille.#Rf

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop sex shop